“Breaking Bad”- adalah sebuah drama TV dan pernah meraih penghargaan pada tahun 2009 lalu. Di mana drama tersebut menceritakan kondisi ‘sarat peluru’ di kota perbatasan Ciudad Juarez, Meksiko.
Di dalam adegan drama tersebut diceritakan tentang polisi dipanggil ke sebuah lokasi untuk menemukan kepala seorang informan yang dipenggal, lalu terjebak dalam cangkang kura-kura, kemudian berubah menjadi ranjau yang meledak, membunuh dan melukai penegak hukum setelah mereka mendekatinya.
Melihat situasi itu, para wartawan kawakan di bidang perang narkoba di Meksiko menganggap rangkaian drama tersebut merupakan gambaran dari taktik geng kejahatan yang sebenarnya.
Pada kenyataannya di Ciudad Juárez, pada hari Kamis (15/07) lalu, terdapat sekelompok gengster menculik seorang pria dengan memakaikannya seragam polisi, lalu menembaknya serta mencampakkannya hingga berdarah-darah ke jalanan di pusat kota.
Seorang juru kamera merekam apa yang terjadi setelah polisi federal dan paramedis mendekat. Dalam video itu menunjukkan petugas medis membungkuk ke arah orang yang dibuang tersebut dan memeriksa tanda vitalnya. Tiba-tiba sebuah ledakan terjadi, dan gambar di kamera tersebut bergetar hebat. Para bandit telah menggunakan ponsel untuk meledakkan 22 pound bahan peledak C-4 yang dikemas dalam sebuah mobil di dekatnya.
Satu menit kemudian, kamera pun berubah kembali menampilkan sisa-sisa mobil yang terbakar, asap di antara korban yang menjerit dan mayat yang hangus. Tiga orang, termasuk seorang perwira polisi federal, tewas, dan beberapa orang lainnya luka-luka, seperti yang dilaporkan oleh time.com
Memang, perang narkoba Meksiko telah menjadi sangat brutal di luar batas imajinasi kejahatan. Mereka bersaing untuk semakin berlomba-lomba melakukan metode eksekusi yang lebih mengejutkan. Pertama, para pembunuh memenggal dua polisi pada April 2006. Berikutnya September, sebuah gengster melemparkan lima tengkorak kepala yang terpenggal ke lantai disko.
Pada tahun 2008, gengster saingan mereka memenggal 12 korban, mem-film-kan tengkoraknya dan mengunggah (red: upload) videonya ke Internet. Di tahun yang sama, para bandit melemparkan granat ke kerumunan orang yang sedang bersuka ria merayakan Hari Kemerdekaan, menewaskan delapan orang. Dan sekarang, ada umpan berupa mayat dan bom mobil.
Atas insiden Juárez ini, pihak pejabat Meksiko menyalahkan La Linea, sebuah geng yang membunuh dan kelompok penyelundupan obat-obatan lokal. Bom itu, kata mereka, diduga adalah pembalasan terhadap penangkapan komandan La Linea, Yesus Acosta, alias El 35. Polisi Federal telah merilis sebuah video interogasi di mana Acosta menggambarkan taktik La Linea. Video tersebut merupakan video terbaru dari beberapa anggota geng yang ditangkap, menggambarkan bagaimana mereka mengatur pembunuhan dan mengukir anggota tubuh dan kepala korban. Beberapa kritik menuduh polisi mendapatkan video tersebut melalui penyiksaan; mereka juga mengatakan video tersebut gagal untuk memberikan bukti yang jelas dan bahkan mungkin hanya berfungsi untuk memprovokasi bandit untuk membalas.
“Sebuah bom mobil di perbatasan selatan daerah kami adalah peringatan bahwa betapa canggih dan kejam orang-orang ini,” kata seorang penegak hukum Amerika Serikat yang terlibat dalam memerangi bandit Meksiko. Ia pun menjelaskan bahwa bom itu bisa saja dibuat dari bahan improvisasi yang dibeli di toko, meskipun mungkin masih bagian dari peralatan militer.
“Kita berurusan dengan kelompok perlawanan Narco. Dengan menggunakan ponsel dibanding dengan sekering, bom mobil tersebut dinamakan sebuah “perangkat detonator ledakan,” ujarnya, seperti IED (Improvised Explosive Device ) yang banyak digunakan di Irak.
Para agen Amerika telah lama mengkonsentrasikan diri terhadap permasalahan senjata dan bahan peledak militer yang jatuh ke tangan bandit Meksiko. Sebuah laporan dari Pusat Data Bom Amerika Serikat yang diperoleh TIME menjelaskan bagaimana pada bulan Februari 2009 bandit Meksiko mencuri bahan peledak dan detonator dalam jumlah besar dari suatu tempat yang dimiliki oleh manufaktur Texas di negara bagian Durango Meksiko.
“Ada 15-20 penyerang – bersenjata senapan mesin, menutup wajah dan memakai pakaian militer – yang menguasai keamanan,” kata laporan tersebut.
“Insiden ini memiliki potensi untuk menimbulkan ledakan terkait insiden lanjutan di kawasan itu,” lanjutnya.
Tak heran, pertempuran dan pembantaian kini menjadi peristiwa mingguan di surat kabar di Meksiko. Pada hari Minggu (18/07), pria bersenjata mengacaukan sebuah pesta larut malam di kota Torreón, di mana 18 orang mati dalam peristiwa itu.
Sejauh ini, hampir tujuh bulan dalam tahun ini, para pejabat telah melaporkan 7.048 pembunuhan yang berhubungan dengan narkoba. Dan itu artinya, menambah angka pembunuhan menjadi 9.635 di tahun 2010 berdasarkan catatan pada tahun 2009.
Bahkan untuk orang-orang Meksiko yang kebal terhadap laporan pertumpahan darah yang tanpa henti, bom mobil di Ciudad Juárez mampu memicu shock dan ketakutan. Meskipun taktik tersebut telah lama digunakan di Irak dan Kolombia, hal ini merupakan serangan bom paling efektif yang pertama terjadi terhadap polisi di Meksiko.
Insiden tersebut memberikan dampak mengerikan di Juárez dan seluruh negara, hanya karena bom tersebut lebih memungkinkan untuk membunuh para pengamat yang tidak terlibat dalam perang narkoba. Potensi pembantaian semakin bertambah parah di tahun-tahun buruk Meksiko. (evyta)
foto : time.com