Pertumbuhan volume kendaraan yang tidak terkendali dalam tiga tahun terakhir, menjadi penyebab utama munculnya titik-titik kemacetan baru di Makassar. Fly over di Jl Urip Sumohardjo dan pelebaran sepanjang Jl Perintis Kemerdekaan, belum sepenuhnya menjadi solusi. Kini, angkutan alternatif busway mulai digagas untuk diuji coba di 2011.
Setelah hadirnya fly over, titik kemacetan berpindah ke empat titik besar. Diantaranya di Jl Perintis Kemerdekaan, radius antara Kilometer 7 di jembatan Tallo hingga Kilometer 9. Selanjutnya, tiga titik kemacetan baru adalah Jl Sultan Alauddin, Jl Gunung Bawakaraeng-Masjid Raya dan beberapa titik di Jl AP Pettarani pada jam-jam tertentu.
Di Jl Perintis, kemacetan terparah terjadi di depan pusat perbelanjaan M Tos. Kemacetan di radius memanjang dari Kilometer 7 atau di bundaran Tello hingga ke Kilometer 9.
Kemacetan berpotensi terjadi pada pukul 10.00 Wita hingga pukul 12.00 Wita. Selanjutnya, pada sore hari, kemacetan terjadi pada pukul 15.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita. Kondisi ini kerap berlanjut pada pukul 19.00 Wita hingga 20.00 Wita.
Sehingga dalam sehari, kemacetan bisa terjadi hingga tujuh jam. Pengendara, rata-rata baru bisa lepas dari kemacetan antara 30 hingga 40 menit.
Aparat Satlantas Polrestabes Makaaassar memperkirakan pada dua tahun ke depan, atau 2012, waktu dan radius kemacetan akan bertambah, bisa mencapai 10 jam sehari.
Di tiga ruas jalan utama lainnya juga mengalami kemacetan dalam radius rata-rata 200 hingga 300 meter. Seperti misalnya di Jl Sultan Alauddin, kemacetan juga terjadi di pagi hari, siang hingga menjelang petang.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Makassar Taufiek J Palaguna, Selasa (21/9) mengatakan, kemacetan di Jl Perintis terjadi akibat adanya penyempitan ruas jalan pada jembatan Tello. Kondisi ini membuat kendaraan berjalan mengerucut saat mendekati jembatan.
“Ini memang akan memperlambat laju kendaraan,” jelas Taufiek.
Taufik menjelaskan, kondisi arus kendaraan di Makassar jauh berbeda dengan kota di Indonesia lainnya. Di Makassar titik kemacetan tak terlalu parah, tetapi kendaraan bergerak lambat akibat kondisi jalan yang tidak stabil.
Salah satu contoh, titik ruas jalan yang kerap dianggap macet, Jl Urip Sumoharjo sekitar kantor Gabungan Dinas-Dinas Makassar.
Di titik ini ruas jalannya berbeda dengan Jl Urip Sumoharjo di sebelah timur, dimana ruasnya lebih lebar. Tetapi saat kendaraan menuju ke arah barat jalannya mengalami penyempitan. Kondisi inilah yang memengaruhi terjadinya perlambatan kendaraan.
“Tapi macetnya masih teratasi. Karena kendaraan tidak tertahan lama. Tetap bergerak meski lamban,” jelasnya.
Namun, tetap harus ada antisipasi. Karena dalam dua sampai tiga tahun ke depan, volume kendaraan akan jauh berbeda dengan sekarang. Jika tak dilakukan rekayasa pada titik itu, kemungkinan akan terjadi kondisi yang lebih buruk.
Menurut Taufiek, di depan M Tos, terjadi kemacetan karena ada bukaan jalan. Namun itu juga dilakukan untuk menyiasati perlambatan kendaraan yang kemungkinan lebih parah.
Ditambah lagi di ruas jalan itu pengendara mesti memutar jauh, bila ingin berbelok arah.
Di Jl AP Pettarani sendiri kerap mengalami perlambatan karena menjadi pusat kegiatan bisnis dan perkantoran. Namun kemacetan baru terjadi pada siang hari, saat jam pulang kantor atau jam istirahat.
Kemacetan itu kata Taufiek, tidak lepas dari aktivitas pasar di pinggir jalan serta parkir yang serampangan. “Kemacetan di Pettarani kadang memanjang hingga ke Panakkukang. Di Panakkukang itu, jelas karena parkir yang tidak ideal,” katanya.
Untuk menyikapi kondisi ini, dishub telah mengambil langkah-langkah antisipasi dengan melakukan penanganan secara komprehensif. Diantaranya melakukan pelebaran di jalan AP Pettarani, yang dulunya enam lajur, menjadi delapan lajur.
Pertumbuhan Kendaraan tak Terkendali
Terjadinya kemacetan juga tak lepas dari pertumbuhan kendaraan yang tak terkendali.Menurut Taufiek, antisipasi untuk hal ini telah dilakukan dengan pembatasan penambahan trayek angkutan dan penghapusan trayek yang tidak beroperasi.
Berdasarkan data kendaraan bermotor yang telah diregistrasi di Kantor Samsat Makassar, pada akhir Agustus 2010 untuk jenis kendaraan mobil penumpang yang dimiliki perorangan, perusahaan dan pemeritah berjumlah total 102.027 unit. Mobil bus untuk perseorangan, perusahaan dan pemerintah berjumlah 16.691 unit, mobil barang milik perseorangan, perusahaan dan pemerintah sebanyak 43.145 unit.
Sementara jumlah sepeda motor milik perseorangan, perusahaan dan pemerintah mencapai 681.269 unit. Sedangkan kendaraan khusus, baik milik perseorangan , perusahaan dan pemerintah mencapai 341 unit. Total kendaraan yang beroperasi di Makassar hingga Agustus 2010 tercatat sebanyak 843.473 unit.
Kapolrestabes: Tutup Perputaran di Pettarani
Kapolrestabes Makassar Kombes Polisi Muhammad Nur Samsul, mengatakan, kemacetan di Kota Makassar sulit untuk dihindari. Sebagai kota metropolitan, transportasi akan terus menjadi masalah utama, sehingga selalu dibutuhkan rekayasa setiap saat.
Jika tidak, Samsul khawatir, lima tahun ke depan kemacetan Makassar akan terjadi hingga ke pinggiran-pinggiran kota.
“Kita tidak perlu menunggu lima tahun mendatang. Saya rasa jika kemacetan saat ini belum bisa diatasi, percaya saja bahwa setahun ke depan Makassar akan menjadi kota macet,” tegasnya.
Menurutnya, di 2012 asumsi adanya kemacetan sampai 10 jam sehari bisa saja terjadi. “Karena itu, harus selalu ada solusi,” katanya.
Salah satu titik kemacetan yang perlu segera diatasi adalah sepanjang Jl AP Pettarani. Di jalur ini harus segera dikurangi perputaran.
“Dengan mengurangi perputaran di Jl AP Pettarani diharapkan penumpukan kendaraan di setiap putaran bisa dieliminir,” tandasnya.
Selain cara tadi, masih ada solusi tepat yang bisa dilakukan. Yaitu dengan menerapkan penggunaan nomor genap dan ganjil setiap hari. “Maksudnya adalah menerapkan kendaran yang bernomor plat genap atau ganjil dalam sehari. Sebagai contoh, hari Senin hanya pengguna plat dengan nomor belakang ganjil yang boleh beroperasi. Keesokan untuk genap dan seterusnya,” katanya.
Untuk penggunanan sistem ganjil genap itu, kata Samsul, pernah diterapkan di Manado. “Pada saat dilaksanakan momen besar, Manado menerapkan sistem genap dan ganjil,” tandasnya.
Kasubdit Regident Ditlantas Polda Sulsel AKBP M Rudy S, menambahkan, salah satu solusi mengatasi kemacetan yakni dengan menempatkan obyek vital yang ada di kota secara merata. “Sebagai contoh menempatkan DPRD di Jl Perintis Kemerdekaan. Sehingga, tidak menumpuk kendaraan di kota,” ujar Rudy.
Sumber: beritakotamakassar.com