Komunitas yang satu ini memang menjadi pilihan yang tepat bagi para penggemar seni beladiri Kendo. Kendo, yang berasal dari kata “Ken” yang artinya pedang dan “Do” yang artinya jalan, merupakan seni berpedang Jepang yang memiliki konsep membangun disiplin karakter manusia dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip pedang di dalamnya.
Barangkali sebagian dari kita kurang familiar dengan namanya. Padahal, Kendo sudah ada di Indonesia sejak Perang Dunia II, di mana pada masa itu, para pemuda Indonesia yang tergabung dalam PETA dilatih Kendo oleh tentara Jepang.
Namun, seusai perang dunia, Kendo seakan hilang tanpa bekas di Indonesia. Kendo diperkenalkan kembali pada tahun 1983 oleh Mr. Yamamoto (Dan V) dan Mr. Fumeo Ueno (Dan III), dua orang tamu dari Jepang yang berkunjung ke Kantor Sekretariat KONI provinsi Jawa Barat. Selain itu, mereka juga mulai memperkenalkan seni beladiri ini kepada para tokoh pelatih olaharaga dan praktisi beladiri kota Bandung pada tanggal 9 Maret 1983.
Seiring berjalannya waktu dan minat yang begitu besar terhadap Kendo, mereka kemudian mulai melakukan latihan bersama sebanyak dua kali dalam seminggu, dengan Mr. Yamamoto dan Mr. Fumeo sebagai pelatihnya.
Kemudian, atas prakarsa 10 orang atlet dan pelatih dari berbagai cabang olahraga di Jawa Barat, pada tanggal 18 Februari 1984, didirikanlah Ikatan Kendo Indonesia (IKI) sebagai sebuah wadah dan organisasi beladiri Kendo di Indonesia, yang pertama kali diketuai oleh bapak Drs. Sudradjat Prawirasaputra, MPd.
IKI, yang kini diketuai oleh bapak Ir. Irfan Madani, MSc, memiliki tujuan untuk membina prestasi olahraga Kendo di tanah air, khususnya atlet-atlet Kendo yang ada di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.
Dengan berpusat di Kompleks Stadion Olahraga Pajajaran, tepatnya di Jl. Padjadjaran No. 37 A, Bandung, IKI kerap melakukan latihan rutin maupun kompetisi Kendo. Selain itu, mereka juga aktif membina kaum muda melalui aktivitas olahraga di kampus-kampus. Sebagai contoh, Institut Teknologi Bandung (ITB), setiap tahunnya mampu merekrut anggota sekitar 50 sampai 100 orang lebih untuk berlatih Kendo.
Seni beladiri Kendo sendiri pada awalnya masih berlatih menggunakan pedang besi sungguhan dan pedang kayu yang keras. Namun, karena banyaknya kecelakaan dan kematian yang terjadi saat berlatih, maka sekitar tahun 1710, dibuatlah sebuah pedang bambu yang disebut Shinai, yang tidak berbahaya untuk latihan.
Dalam melakukan latihannya, para atlet Kendo juga mengenakan pakaian pelindung dada, kepala, dan juga sarung tangan, yang diilhami dari baju perang Jepang, guna melindungi diri dari cidera saat latihan.
Pada awalnya, para ahli pedang membuat pakaian pelindung dengan konstruksi yang sederhana. Namun, berabad-abad kemudian, benda-benda ini dikembangkan menjadi bentuk seperti yang kita lihat sekarang.
Bagi Anda yang tertarik dengan seni berpedang satu ini, Anda bisa berkunjung ke Ikatan Kendo Indonesia yang memiliki jadwal latihan setiap hari Rabu dan Sabtu di GOR Sasakawa, Padjadjaran, Bandung. (evy-berbagai sumber)
foto : kendo-fik.org