Ledakan terjadi di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott Mega Kuningan Jakarta Selatan pada Jumat pagi tepatnya pukul 7.40 WIB dan 7.50 WIB. Akibat dari ledakan ini korban ditaksir sebanyak 29 orang dengan korban tewas sebanyak 10 orang.
Ledakan di dua tempat yang dikenal sebagai tempat para bule ini terjadi hampir bersamaan. Kejadian ledakan ini menunjukkan pengamanan tim security gedung masih sangat lemah dan pihak kepolisian kecolongan.
Demikian dikatakan Ketua Umum Jaringan Kerjasama Indonesia M Ali Ahmad. Menurutnya teror bom yang pernah terjadi di JW Marriott tahun 2003 lalu seharusnya menjadi pelajaran berharga untuk pengamanan gedung di Indonesia diperketat termasuk di dua hotel yang berada di kawasan Mega Kuningan itu. Tak hanya perhotelan, pusat-pusat perbelanjaan juga rawan dari tindakan teror bom.
Ali merasa heran mengapa peristiwa serupa bisa terulang kembali. Ali menangkap kesan pengamanan gedung pasca bom JW Marriott oleh kelompok Noordin M Top, hanya semangat di awal saja, tapi sesudahnya mereka teledor.
“Kasus ini harus menjadi pelajaran bagi aparat kepolisian, terutama tim security gedung agar tidak kecolongan lagi,” kata Ali.
Bagaimanapun juga, peran security di sebuah kawasan industri menjadi fital keberadaannya. Kejadian seperti ini seharusnya bisa diantisipasi dengan memperketat siapa saja yang keluar masuk gedung.
Menurut Ali, ke depan personil security yang bertugas di wilayah pusat industri harus benar-benar telah mendapatkan sertifikat dari kepolisian. Mereka harus sudah terlatih dan memahami seluk beluk dunia pengamanan secara baik dan profesional.
”Polri hendaknya harus meningkatkan lagi perannya dalam membina pamswakarsa dalam hal ini security di wilayah kawasan indstri, sebab security lah yang menjadi ujung tombak dari keamanan di lingkungannya dan bukan polisi, karena tim security yang setiap hari berada di lokasi,” tegasnya.
Bagi Ali, moment ledakan bom di dua hotel ini harus menjadi langkah awal Polri melihat kembali materi-materi yang diajarkan dalam pendidikan dasar security. Sebab, imbuh Ali, security saat ini tantangannya semakin berat. Perkembangan teknologi menuntut security bisa mengantisipasi secara canggih pula.
”Profesioanlisme security menjadi harga mati dalam setiap bertugas, terutama di wilayah kawasan industri, sebab jika tidak maka kerugian material maupun non material akan semakin besar. Makanya pengadaan security bukan lagi menjadi beban tapi menjadi investasi ke depan,” papar Ali. (Heru Lianto)
foto : purplevalley.tv