Sebuah bom mobil meledak di pasar yang ramai dekat kota Baquba di Provinsi Diyala Irak utara pada Rabu (21/07) kemarin. Di mana peristiwa itu menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai 26 lainnya.
Sumber dari rumah sakit dan kamar mayat di Baquba dan Muqdadiya, serta sumber yang berasal dari pemerintah provinsi mengatakan bahwa ledakan itu menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai 40 lainnya.
“Ledakan itu terjadi di kota Abu Sayda, sekitar 10 km sebelah timur Baquba, menyebabkan runtuhnya sebagian bangunan, empat rumah rusak berat dan lima mobil terbakar,” kata polisi.
Polisi juga mengatakan korban yang terluka di antaranya terdapat perempuan dan anak-anak, dan langsung dilarikan ke rumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari pasar, yang berjarak sekitar 65 km timur laut Baghdad, dan dekat dengan Muqdadiya.
Secara keseluruhan, kekerasan telah menurun secara signifikan di Irak sejak tingginya angka perang suku di tahun 2006 hingga 2007, tetapi pemboman dan penembakan masih terjadi secara teratur. Ketegangan tersebut meningkat sejak pemilihan parlemen, 7 Maret yang lalu, yang tidak menghasilkan pemenang yang jelas.
Syiah, Sunni dan faksi-faksi politik Kurdi telah berebut posisi dalam pemerintahan koalisi dan para pemberontak tampaknya berusaha mengambil keuntungan dari kevakuman politik Amerika Serikat selama masa persiapan untuk mengakhiri operasi tempur secara resmi pada 31 Agustus nanti.
Sebagai catatan, daerah Baquba telah dilanda serangkaian pemboman minggu ini.
“Pada hari Senin (19/07), sebuah bom mobil di tempat parkir sebuah kafe di Baquba menewaskan sampai 4 orang dan melukai 15 lainnya,” kata pejabat rumah sakit.
Pada hari Selasa (20/07), bom mobil kembali meledak di barat kota, menewaskan satu orang dan melukai tujuh lainnya. Dua bom berikutnya meledak di pinggir jalan dekat patroli polisi di sebelah timur kota tersebut dan melukai 10 petugas polisi.
“Kami mendapat informasi bahwa teroris akan melakukan serangkaian serangan bom mobil di Baquba dan kami mengambil tindakan pengamanan,” kata Mayor Ghalib Al-Jubouri, juru bicara polisi di Diyala seperti yang dilansir arabnews.com.
“Karena mereka tidak bisa meledakkan bom di Baquba, mereka pergi ke Abu Sayda,” lanjutnya.
Diyala, sebuah provinsi dengan mayoritas Sunni yang terletak di utara Baghdad, telah melihat lebih banyak kekerasan dalam beberapa bulan terakhir dibandingkan banyak daerah lainnya di Irak.
Pekan lalu, sebuah bom ditanam di dalam peti jenazah simbolis yang dibawa oleh para demonstran meledak di kota Diyala di Khalis dan melukai sembilan orang.
Sementara di bulan Mei 2007, Abu Sayda pernah diserang pemboman mematikan. Sebuah truk yang dipenuhi dengan tabung gas khlor mematikan meledak di sebuah pasar, menewaskan lebih dari 40 orang. (evyta)