Sore sekitar pukul 17.00 WIB, saat warga sedang menunggu waktu berbuka puasa, kecelakaan maut kembali terjadi di jalur Pantura (Pantai Utara). Kali ini terjadi di Jl Raya Tuban-Semarang KM 17, persis di pertigaan hutan jati Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
Bus Indonesia jurusan Semarang- Surabaya bertabrakan dengan truk gandeng bermuatan pipa besi hingga mengakibatkan dua orang tewas dan tujuh orang luka berat, Sabtu (14/8).
Dua korban tewas di lokasi kejadian adalah sopir truk Sukarno, 45, warga Jl Kapten Patimura, Probolinggo dan kondektur bus, Zaenuri, 28, warga Lasem, Jawa Tengah. Sedangkan tujuh korban kritis adalah sopir bus, Ahmad, 28, warga Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah; kenek truk Bambang, 30, warga Probolinggo.
Korban lainnya adalah lima penumpang bus, yakni Suwarno, 40, warga Bangsri, Jepara, Jawa Tengah; Winanto, 28, warga Desa Ngulahan, Kecamatan Sedan, Rembang, Jawa Tengah; M Ihsanul, 31, warga Ngasem Kidul, Kecamatan Gedek, Bojonegoro; Iriani, 50, warga Jl Tanjung Gg 2, Kota Malang; dan Sarban, 20, warga Desa Wangi, Kecamatan Jatirogo, Tuban.
Sejumlah saksi mata menyebut bus bernopol L 7029 UX melaju ngebut, dari arah barat atau arah Semarang menuju kota Tuban. Sampai di lokasi kejadian, bus bernafsu mendahului sebuah truk yang ada di depannya. Sementara dari arah berlawanan, truk bernopol N 8496 US juga melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan. “Sudah dekat, tapi tetap saja bus mendahului. Karena itu terjadi tabrakan,” kata Muhajirin, salah satu warga di lokasi kejadian.
Saking kerasnya benturan, kondisi bus terguling dan sampai berbalik arah menghadap ke barat lagi. Demikian halnya dengan kondisi truk dari arah timur kembali menghadap ke timur dan terguling membentuk huruf U dengan posisi gandengan belakang melintang di tengah jalan. Kedua kendaraan sama-sama mengalami kerusakan yang sangat parah di bagian depannya.
Paling memprihatinkan adalah kondisi kondektur bus. Tubuh lelaki yang mengenakan hem kotak-kotak dan celana kain warna krem tersebut tergencet di bawah truk bermuatan besi. Jenazahnya tertelungkup dengan posisi kepala di barat dan kaki di timur. Sementara, dadanya tergencet truk bermuatan pipa besi. Sampai sekitar 1 jam, jenazah korban baru berhasil dievakuasi. Itupun setelah truk yang terguling di atas tubuh Zaenuri berhasil diderek petugas Sat Lantas Polres Tuban.
Setelah truk berhasil dipinggirkan, jenazah Zaenuri yang sempat terseret itu terlihat terbelah menjadi dua. Kepala dan tubuh bagian atas terpisah dengan tubuh bagian dada ke bawah. Selanjutnya, korban dilarikan ke Kamar Jenazah RSUD dr R Koesma, Tuban menyusul jenazah sopir truk yang telah dibawa ambulans duluan bersama para korban lainnya.
Kondisi sopir bus juga sangat parah. Namun, dia masih selamat meski harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Demikian halnya dengan kenek truk yang juga selamat karena saat kejadian tubuhnya terpelanting ke luar truk sampai beberapa meter.
Menurut Susi, salah satu penumpang bus yang duduk di bangku tengah, dirinya sempat melihat bahwa bus awalnya sudah mendahului truk. Namun, kemudian menduhului lagi hingga terjadi tabrakan. “Saya duduk di tengah hingga terpelanting ke depan. Tapi untungnya saya tidak apa-apa,” kata wanita muda ini sebelum pindah ke bus lain bersama para penumpang lain yang selamat.
Sedangkan menurut Amin, 20, pemuda asal Rengel, Kabupaten Tuban, dalam bus terdapat sekitar 13 orang penumpang. “Saya kurang paham karena duduk di bangku belakang. Tapi, kondisi tabrakan memang sangat keras sekali sampai semua penumpang terpental dari kursinya masing-masing. Saya sangat bersyukur bisa selamat,” kata pemuda berkaos putih yang dalam perjalanan dari Kudus menuju Tuban ini.
Akibat kecelakaan ini, jalur Pantura Tuban-Semarang mengalami kemacetan sampai sekitar 5 kilomater dari arah barat maupun arah timur. Sekitar pukul 18.15 WIB, kemacetan berhasil terurai setelah polisi melakukan evakuasi dengan menerjunkan mobil derek ke lokasi kejadian. “Semua korban telah dilarikan ke rumah sakit. Dan kita masih terus melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebab kecelakaan ini,” kata Kapolres Tuban AKBP Nyoman Lastika di lokasi kejadian.
Dari keterangan sementara, menurut Kapolres, kecelakaan disebabkan oleh bus yang mendahului sebuah truk hingga bertabrakan dengan truk gandeng yang melaju dari arah berlawanan. “Namun, kita belum bisa menyimpulkan secara pasti penyebabnya. Saat ini, kita masih fokus melakukan evakuasi, olah TKP dan pemeriksaan terhadap para saksi,” sambung perwira asal Bali ini.
Jalur Maut
Wilayah pantura di Tuban adalah salah satu jalur maut. Bulan lalu Polantas Tuban merilis data bahwa dalam enam bulan terakhir –belum termasuk kecelakaan, Sabtu (14/8)– terdapat 157 kecelakan lalu lintas terjadi di Kabupaten Tuban, yang didominasi di wilayah pantura. Dari peristiwa itu sebanyak 39 orang meninggal dunia, 206 orang mengalami luka ringan dan 38 orang luka berat.
Kasat Lantas Polres Tuban, AKP Sugeng Setia Trisna menyatakan, data itu dikumpulkan selama 6 bulan mulai Januari 2010 lalu. Sebagian besar dari peristiwa itu disebabkan pengemudi tidak menaati peraturan lalu lintas dan faktor manusiawi.
Kawasan yang terbilang rawan terjadi kecelakaan lalu lintas berada di jalur pantura wilayah Kecamatan Bancar. Di kawasan ini jalan terlihat lempeng sehingga pengguna jalan kebut-kebutan, padahal di kawasan ini juga banyak tikungan tajam hingga masuk wilayah Kecamatan Tambakboyo.
Selain itu, di wilayah hutan Jati Peteng, Kecamatan Jenu –kawasan terjadinya kecelakaan Sabtu (14/8)– juga rawan kecelakan. Di kawasan ini jalan menikung tajam, sedangkan sudut pandang pengemudi terhalang rerimbunan pohon hutan. Sekalipun telah terpasang rambu-rambu, namun masih sering terjadi kecelakaan di tempat itu.
Termasuk juga kawasan hutan jati Pakah di wilayah jalan Desa Gesing, Kecamatan Semanding. Sekalipun jalanan lebar, namun jalanan yang menikung juga berpengaruh. Terbukti wilayah ini masih sering terjadi kecelakaan.
Kondisi mengkawatirkan juga bisa ditemukan di wilayah Kecamatan Widang. Titik rawan terjadi kecelakaan adalah di sekitar jembatan Temangkar, di Desa Temangkar, Kecamatan Widang. Di samping jembatan berada setelah tikungan, lokasinya juga menyempit sehingga rawan terjadi kecelakaan.
Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut jalan nasional sepanjang 1.316 km antara Merak hingga Banyuwangi di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, khususnya antara Jakarta dan Surabaya. Termasuk di dalamnya adalah wilayah Tuban.
Jalur ini menjadi urat nadi utama transportasi darat, karena setiap hari dilalui 20.000-70.000 kendaraan. Jalur Pantura menjadi perhatian utama saat menjelang Lebaran, di mana arus mudik melimpah dari barat ke timur.
Sumber: surya.co.id