Petunjuk hilangnya koleksi emas Museum Sonobudoyo mulai terkuak. Penyidik dari tim khusus Poltabes, kemarin (13/8) mendapatkan informasi jika CCTV (closed-circuit television) di ruang khusus tersebut berfungsi manual. Hanya bisa merekan saat ada pengunjung. Itu pun dilakukan dengan manual oleh petugas keamanan.
“Fungsinya memang manual. Baru dihidupkan petugas saat ada pengunjung yang memasuki ruangan itu,” kata Kepala Tata Usaha Musuem Sonobudoyo Ibnu Budi Santosa, disela-sela pemeriksaan di di Markas Poltabes Kota Jogja, kemarin (13/8).
Budi menuturkan, CCTV yang ada tersebut, selama ini memang tidak berfungsi merekam gambar 24 jam non stop. “Makanya, yang terekam dari kamera di dalam ruangan tersebut ya aktivitas pengunjung yang memasuki ruangan ini,” sambungnya.
Ia menambahkan, fungsi merekam pengunjung ini bukan disebabkan CCTV yang rusak. Sebab, ini sudah terjadi 10 tahun silam. Saat awal pemasangan CCTV dilakukan oleh pusat. “Kewenangan untuk CCTV ini memang berada di pusat. Termasuk dengan perawatannya,” imbuhnya.
Disebabkan menjadi kewenangan pusat sesuai dengan pengadaannya, Ibnu menjelaskan, pihaknya sejak dipasang sampai terjadi kasus pencurian ini tak pernah melakukan perawatan. Tugas ini, kilahnya, menjadi tanggung jawab dari pusat. “Sesuai dengan awal mula pengadaannya,” tambahnya.
Selain CCTV yang tak berfungsi selama 24 jam, ternyata ada celah yang diduga dimanfaatkan pencuri. Yaitu, pengawasan terhadap pengunjung yang masuk tidak dilakukan dengan ketat. Mereka cukup melaporkan keinginannya berkunjung di ruangan yang bukan ruang utama ini kepada petugas keamanan.
Ini terkuak saat petugas menyidik Kepala Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) Museum Negeri Sonobudoyo Martono. Dari keterangannya diketahui, selain melapor, masih ada mekanisme lain bagi pengunjung yang berminat memasuki ruangan ini. Mereka harus bersedia diawasi petugas. “Ini berlaku terhadap siapa pun. Baik pengunjung dalam negeri seperti siswa sekolah maupun turis asing,” katanya di tempat yang sama.
Diungkapkan Martono, ruangan yang berfungsi untuk menyimpan koleksi emas tersebut terpisah dari ruangan utama Sonobudoyo. Ini menjadikan alasan bagi pengelola tak menerapkan sistem keamanan yang ketat. Salah satunya, tidak ada petugas khusus yang bertugas mengawasi ruangan ini.
Pengawasan dan keamanan saat malam hari berlaku umum bagi seluruh kompleks kawasan Sonobudoyo. “Hanya ada dua orang petugas jaga malam di seluruh area ini,” tandas Martono.
Menanggapi ancaman sanksi bagi dirinya akibat keteledorannya yang berdampak sangat fatal ini, ia mengaku kesiapannya. Ini sebagai bagian dari tugasnya menduduki kursi orang nomer satu di Museum yang mengoleksi peninggalan kebudayaan jawa ini.
“Tentu sebagai penanggung jawab dari tugas ini, saya siap mendapatkannya,” paparnya.
Di lain pihak, Kepala Poltabes Kota Jogja Kombes. Pol Atang Heriadi menuturkan, pencurian ini masih terus didalami pihakny. Ia menjanjikan polisi bakal bersikap profesional demi bisa terungkapnya kasus ini. “Semua kemungkinan motif di balik ini dan pelaku masih terus kami lakukan pendalaman. Semua keterangan saksi juga masih terus dikumpulkan,” tuturnya.
Atang juga menerangkan bahwa dugaan adanya orang dalam juga masih terus ia lakukan pengembangan. “Bisa jadi seperti itu. Tapi, kami tidak ingin gegabah,” terangnya.
Demi cepatnya kasus ini terungkap, Atang berharap kepada semua pihak bersedia memberikan informasi. “Termasuk dengan informasi dari masyarakat. Karena saya yakin jika ada kerja sama, kasus ini dapat segera terungkap,” katanya.
Kasus penucurian benda purbakala ini merupakan yang kedua kali setelah Museum Radya Pustaka di Solo. Kasus yang termasuk berskala nasional ini pun menjadi prioritas utama pihak Poltabes.
Sumber: jawapos.com