Seorang korban kebakaran Pasar Bengkayang masih kritis. A’al, warga Bangun Sari, Kecamatan Bengkayang yang turut tertimpa reruntuhan bangunan saat memadamkan kobaran api pada Selasa (14/9) malam, kini dirawat intensif di RSU St Antonius Pontianak. “A’al mengalami luka di kepala. Diduga terjadi pendarahan otak,” kata Kapolres Bengkayang AKBP Mosyan Nimitch kepada Pontianak Post, Rabu (15/9) di lokasi kebakaran.
Sedangkan dua korban lainnya yang mengalami luka-luka sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat di RS Bengkayang. Korban A’al tertimpa reruntuhan bangunan saat peristiwa berlangsung. Besi panas yang terbakar lalu runtuh menimpa korban. “Kalau korban pertama (Subojo) pengurus dewan adat Desa Sebente, bukan Kepala Desa Sebente. Kondisinya sangat parah sehingga tewas. Kaki kiri putus, dan kepala tertimpa besi yang terbakar,” kata kapolres.
Polisi kemarin terlihat masih berjaga-jaga di TKP. Warga dilarang melawati garis pembatas. Mereka hanya boleh melihat dari kejauhan. Pengawasan ketat ini untuk kepentingan penyelidikan. Tim Puslabfor Mabes Polri hari akan turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan. Sementara itu polisi telah memeriksa sejumlah saksi. Mereka adalah pemilik dan penghuni rumah dan toko yang terbakar.
Penyebab kebakaran diduga hubungan arus pendek di Toko Fantasy milik Anen. Polisi menduga di toko tersebut terdapat petasan. Begitu juga dengan toko lainnya. Hingga kemarin, terlihat api masih menyala diantara reruntuhan bangunan yang terbakar. Data sementara ruko yang terbakar terdiri atas dua warung kopi, satu toko emas dan sisanya toko pakaian serta sembako. Mosyan Nimitch memperkirakan jumlah ruko terbakar sekitar 40 unit.
Mengenai kerugian, menurutnya, masih dalam penghitungan. Jika diasumsikan satu ruko harga paling rendah Rp750 juta, plus isinya menjadi Rp1,5 miliar. Kerugian materil bisa mencapai Rp40 miliar hingga Rp50 miliar. Ada keunikan terjadi saat kebakaran. Satu toko penjual peralatan sembahyang luput dari amukan api. “Hanya satu toko saja yang selamat.
Toko ini menjual peralatan sembahyang, lihatlah itu tidak terbakar,” kata Aliong, tokoh masyarakat Bengkayang, kemarin di lokasi. Aliong menambahkan, warga menyesalkan minimnya armada pemadam kebakaran (Damkar). Bahkan, mobil Damkar milik Pemkab Bengkayang tidak bisa berfungsi maksimal. “Kalau mobil pemadam kebakaran bagus, api tidak akan menjalar. Ini karena mobil pemadam kebakaran tak berfungsi maksimal. Banyak warga menyesalkannya,” kata dia.
Menurut Aliong, sangat aneh jarak antara Sungai Sebalo dan lokasi kebakaran hanya beberapa meter saja. Namun api tidak bisa dipadamkan dengan cepat. Bahkan dipertanyakan, kenapa mesin untuk menyedot air dari mobil Damkar tidak berfungsi maksimal. “Ini bukan yang pertama kali terjadi. Mesin mobil pemadam kebakaran milik Pemda (Pemkab Bengkayang) macet,” tegas Aliong prihatin.
Sementara itu, Pemkab Bengkayang langsung membentuk posko. Bantuan makanan dan beras langsung diturunkan ke lokasi. Pemkab mengambil tempat di Gedung Pancasila. Sejumlah pejabat Pemkab Bengkayang terlihat turun memantau lokasi kebakaran. Sedangkan petugas PLN terlihat membenahi kabel-kabel listrik di kawasan ruko yang terbakar.
Sumber: pontianakpost.com