Nasib mengenaskan itu mereka terima hanya gara-gara dicurigai sebagai penculik anak.
Kasus pertama terjadi di Kampung Sumur, Desa Tamiang, Kecamatan Gunungkaler, pada sekira pukul 20.00 WIB. Di Kampung Nambo, Kecamatan Kresek, peristiwa serupa juga terjadi pada sekira pukul 21.45 WIB.
Aksi main hakim akibat keresahan dan ketakutan yang dipicu isu penculikan anak itu berawal ketika masyarakat melihat gerak-gerik dua korban yang dianggap mencurigakan. Setelah kedua korban diamati, masyarakat menghampiri dan menegur. Entah kenapa, kedua pria itu malah menghindar dan melarikan diri.
Karena itu, masyarakat emosi. Kedua korban dikejar hingga akhirnya tertangkap. Spontan, masyarakat menghajarnya beramai-ramai. Belum puas, kedua korban yang sudah tidak berdaya itu dibakar.
Kasatreskrim Polres Metro Tangerang Kabupaten Kompol Arif Setiawan membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengatakan, aksi massa ini dipicu adanya isu penculikan anak di dua kampung tersebut. “Warga terpancing emosinya, kemudian mengejar korban dan mengeroyoknya,” kata Arif, Minggu (22/8).
Kepala Desa Kresek Hayatullah yang berupaya melerai aksi warga tak berhasil. Korban yang sempat dibawa ke puskesmas tak tertolong. Jenazah kedua pria tersebut dikirim ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta. Menurutnya, aksi penghakiman itu ditengarai muncul akibat kekhawatiran dan ketakutan warga terhadap isu penculikan anak yang akhir-akhir ini marak.
Sebelumnya, Rabu (18/8) lalu di Kampung Cibodas, Desa Siremen, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, lelaki yang diduga mengidap gangguan jiwa dikeroyok warga dan nyaris dibakar lantaran dicurigai sebagai pelaku penculikan. “Lelaki itu tiba-tiba muncul di kampung dan mencurigakan. Karena saat ditanya diam saja, masyarakat menghajarnya. Dia dicurigai sebagai pelaku penculikan yang meresahkan masyarakat,” ujar warga Siremen, Kamis (19/8).
Masih pada 18 Agustus, di Kampung Walikukun, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, sekira pukul 20.30 WIB, seorang lelaki berusia 30 tahun juga bernasib tragis dipukuli warga. Kejadian itu bermula saat lelaki yang mengenakan kaos merah itu muncul di jalan kampung ketika hari mulai gelap. Masyarakat yang selalu curiga kepada orang asing memperhatikan gerak-gerik korban. Dirasa ganjil, beberapa orang mendatangi lelaki tersebut dan menanyakan keperluannya di Kampung Walikukun.
Sumber: radarbanten.com