Tak kunjung beresnya pembangunan selter bus rapid transit (BRT) membuat Dinas Perhubungan (Dishub) Solo mulai kehilangan kesabaran. Dishub untuk kesekian kali memperingatkan rekanan terkait pembangunan selter tersebut. Pasalnya, pembangunan selter tak sesuai dengan perjanjian. Terutama satu selter yang ada di kompleks bundaran Gladak.
Kepala Dinas Perhubungan (dishub) Solo Yosca Herman Soedrajat mengatakan, selter BRT yang terletak di gladag merupakan pilot project bagi semua selter yang akan dibangun. “Kami sudah meminta rekanan dalam hal ini CV Deras untuk mengubah selter tersebut,” ujar Kepala Dishub Solo Yoscha Herman Sudrajat kepada Radar Solo kemarin (11/8).
Perubahan yang harus dilakukan yakni pada bagian kaca dan tiang selter. Untuk kaca, dishub meminta agar diseragamkan warnanya. Yakni hitam sesuai dengan selter-selter yang sudah ada di beberapa titik. Sedangkan tiang penyangga dinilai masih belum kuat.
Pembangunan selter BRT ini total ada 24 unit yang tersebar dibeberapa titik. Hingga kini proses pengerjaannya baru sekitar 82 persen. Dishub optimistis, dalam waktu dekat ini selter bisa digunakan. “Pascalebaran kami akan me-launcing 15 unit BRT bantuan dari Kementerian Perhubungan,” terangnya.
Rencananya, shelter tersebut juga diproyeksikan menjadi tempat jual beli tiket BRT. Nantinya, pengguna BRT dapat membeli tiket yang berupa smartcard. Untuk sementara penggunaan perdana masih akan dilayani dengan tiket manual. Harga untuk satu tiket Rp 3.500, sementara untuk pelajar Rp 1.500. Tiket ini dijual langsung di dalam bus.
Pengoperasian BST perdana akan dipegang Djawatan Angkutan Masyarakat Republik Indonesia (DAMRI). BST bakal menggunakan trayek DAMRI untuk koridor satu. Akan tetapi, di koridor dua mendatang, pengoperasian BST kemungkinan dipindahtangankan. Hal ini menyusul adanya rencana pembentukan konsorsium pengelola BST yang beranggotakan pengusaha angkutan umum. “Konsorsium akan dimulai di koridor dua. Pengoperasian BST nanti memang akan melibatkan pihak swasta, ” ungkapnya.
Secara terpisah, Operasional CV Deras Bambang Sulistyono menyatakan tengah memperbaiki selter sesuai dengan masukan dari beberapa elemen masyarakat. Dirinya mengakui, pembangunan selter yang terletak di Gladag tersebut memang sengaja untuk pilot project. “Jadi jika ada masukan tentunya kami akan mengubah sesuai dengan keinginan masyarakat. Segera mungkin kami mengubah kaca dan tiang penyangganya,” ujarnya.
Pihaknya telah menyiapkan Rp 34,250 juta untuk masing-masing shelter. Namun, adanya perubahan desain serta perubahan fasilitas akses bagi difabel, membuat CV Deras harus tombok. Namun sayangnya, ia enggan untuk menyebutkan besarnya dana tambahan tersebut.
Sumber: jawapos.com