Mengaktifkan ponsel di tengah hujan di tempat terbuka bisa jadi berbahaya. Seorang warga Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang tewas disambar petir, Selasa (28/9) sore. Ada dugaan, ponsel di sakunya-lah yang menjadi sasaran petir.
Insiden yang menimpa Sugianto itu adalah yang kesekian kali terjadi di Kabupaten Malang. Sebelum pria 35 tahun ini tewas, Mulyono, 35, pencari rumput asal Desa Tulungrejo, Kecamatan Donomulyo, juga kehilangan nyawa setelah dihajar petir saat turun hujan.
Kepala Desa Ngabab, Amin Afandi, menerangkan, siang itu Sugianto dan Rahmad sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya. Namun, sebelum karungnya penuh rumput, hujan deras mendadak turun. Sejurus kemudian, dua pria tersebut berlarian ke sebuah gubuk bambu yang berada di tengah tegalan. Karena hujan kian deras, keduanya tak berani keluar dan tetap tinggal di dalam gubuk. Terlebih, petir yang terus menyambar di sekitar gubuknya, membuat mereka semakin ketakutan. Namun, hanya beberapa saat berteduh, geledek langsung menyambar gubuk itu. Kedua orang itu langsung tumbang. Ternyata, Rahmad hanya pingsan. Setelah beberapa saat kemudian ia sadar dan mendapati rekannya yang gosong.
Dadanya hangus, begitu juga dengan ponsel yang masih tersimpan di sakunya. Ponsel itu sudah hancur, dengan onderdil dan casing-nya berantakan.
Rahmad kemudian mencoba membangunkan rekannya. Namun, percuma, sampai diguncang-guncang pun Sugianto tidak bergerak. Ia pun memastikan rekannya tewas.
“Keduanya sempat kena sambar petir. Namun, hanya Sugianto yang langsung tewas, sedang Rahmad selamat meski sempat pingsan juga,” kata AKP Lisnaryadi, Kapolsek Pujon, Rabu (29/9).
Rahmad pun menuturkan, begitu terbangun, ia langsung berinisiatif membangunkan korban, yang dikira masih pingsan atau tertidur. Rupanya, korban tak bisa dibangunkan meski tubuhnya sudah digerak-gerakkan.
Saat itu, kata Rahmad, dada korban terlihat hangus dan terdapat goresan kehitaman. “HP-nya yang masih dikantongi juga hancur,” kata Rahmad yang mengaku mendengar ponsel itu berdering sesaat sebelum petir menyambar.
Sadar bahwa temannya tak bisa dibangunkan, Rahmad meminta pertolongan para petani wortel di persawahan sekitar untuk membawa temannya itu ke puskesmas. Di puskesmas itulah, Sugianto dinyatakan telah tewas.
Nah, ponsel yang hangus ini, membuat warga sekitar punya versi lain soal penyebab tewasnya Sugianto. Mereka menduga, saat hujan deras dengan disertai petir itu, korban lagi asyik mengutak-atik HP-nya. Nah, HP inilah yang sebenarnya menjadi sasaran petir.
“Bisa jadi seperti itu. Buktinya, gubuknya tidak rusak, namun korban yang ada di dalamnya, malah tersambar petir,” tutur Amin.
Sementara itu, pakar ponsel di Kota Malang, Subari, mengakui sejumlah kalangan memercayai, sinyal di ponsel bisa menjadi konduktor (penghantar listrik), sehingga jadi sasaran petir. Menurut Subari, sebelumnya sudah pernah ada kasus orang tersambar petir saat menggunakan telepon genggam.
”Tapi, sampai sekarang belum ada uji empiris terkait hal itu. Hanya dugaan saja, kalau gelombang di ponsel bisa menjadi konduktor, sehingga bisa memancing petir datang,” ujar Subari.
Memang beberapa waktu lalu, terjadi beberapa kasus kematian akibat sengatan petir yang terjadi ketika korban sedang menggunakan ponselnya. Misalnya, Juli 2009, dua warga Aceh tewas disambar petir ketika sama-sama berbicara menggunakan ponsel.
Sementara staf BMG Stasiun Klimatologi di Karangploso, Kabupaten Malang, Rahmatulloh Adji, mengakui bahwa masa-masa pancaroba seperti sekarang ini, hujan disertai petir masih sering akan terjadi.
Kondisi panas dan terik saat siang hari, justru bisa menjadi pertanda bahwa akan terjadi hujan disertai petir saat sore harinya.
”Kalau pagi dan siang terasa sangat panas, itu tanda-tanda ada awan cumulus nimbus. Awan inilah yang berpotensi menghadirkan hujan disertai petir,” ujar Adji.
Sumber: surya.co.id