Memblokir jalan sepertinya menjadi senjata ampuh bagi warga agar aspirasinya didengar. Khususnya terkait kerusakan jalan akibat kerap dilalui kendaraan pengangkut batu bara.
Beberapa waktu lalu, warga yang Bengkuring, Samarinda Utara, memblokir Jl Padat Karya. Jalan itu rusak berat akibat dipakai sebagai jalur tambang.
Kesepakatan dengan pengusaha dan Pemkot pun telah tercapai. Jalan tersebut diperbaiki, drainase dibenahi hingga penutupan aktivitas tambang di kawasan itu.
Kemarin, giliran warga yang berdiam di Batu Besaung, Sempaja, Samarinda Utara, yang melakukan aksi serupa. Mereka memblokir satu-satunya akses menuju ke Samarinda kota, mulai pukul 08.00 Wita.
Warga menutup jalan dengan menggunakan kayu. Ada juga yang membakar ban di tengah jalan. Warga menyebut kerusakan di jalan tersebut ada ratusan titik dan semua akibat aktivitas pertambangan batu bara.
“Kami sudah duduk bersama dan meminta perbaikan jalan. Tapi perbaikan yang dilakukan cuma menutup jalan dengan batu-batu yang justru membahayakan pengguna jalan,” ujar Lekius Lukas, seorang warga setempat kepada KPNN.
Dia menyebut, di kawasan itu terdapat sekitar 20 lokasi pertambangan batu bara. Bahkan ada yang berjarak hanya sekitar 50 meter dari pemukiman warga RT 02. Akibatnya bila hujan, pemukiman warga ini langsung terendam banjir. Padahal sebelum ada aktivitas tambang di kawasan ini tak pernah banjir.
Saat aksi ini dilakukan, tidak ada satupun kendaraan pengangkut batu bara yang lewat. Termasuk kendaraan berat pengangkut kontainer yang berisi batu bara karungan.
Biasanya kata Lukas, tiap hari ada puluhan kontainer batu bara yang diangkut melintasi jalan tersebut. Angkutan batu bara ini katanya, beroperasi selama 24 jam. Â
“Jika panas, debunya sangat banyak. Jika hujan jalan jadi becek dan sangat licin. Sudah sering terjadi kecelakaan akibat jalan licin dan rusak,” ujarnya.
Sekitar pukul 10.30 Wita, Lurah Sempaja Utara, Syamsu Alam, mendatangi warga yang berunjuk rasa. Ia menyarankan agar jalan dibuka agar warga lain bisa melintas.
Apalagi di kawasan ini juga banyak kegiatan usaha. Seperti peternakan ayam, jual-beli batu gunung, budidaya telur asin, termasuk angkutan umum.
Syamsu menjanjikan akan memfasilitasi pertemuan warga, pengusaha tambang batu bara, dan Pemkot Samarinda, Kamis (16/12) mendatang. Syamsu mengatakan, seharusnya pemegang izin usaha pertambangan ikut bertanggungjawab atas kerusakan jalan.
Sementara warga menegaskan akan kembali menutup jalan untuk angkutan batu bara pada hari itu pula. Mereka mengancam akan menurunkan massa yang lebih banyak.
“Para pemuda akan siap bertahan hingga tuntutan warga terpenuhi. Kami akan melakukan rapat lagi untuk aksi selanjutnya,” ujar Lukas.
Aksi itu juga sempat diwarnai ketegangan antara warga dengan aparat kepolisian. Polisi meminta jalan itu tak ditutup agar bisa dilewati kendaraan umum. Setelah melakukan negoisasi, warga akhirnya membuka setengah jalan yang diblokir.
Kapolsekta Samarinda Utara AKP Bramanti Agus menyebutkan, dari pertemuan dengan warga dan tokoh masyarakat diputuskan, yang bisa lewat hanya kendaraan umum. Kendaraan angkutan batu bara tak boleh melintas.
Dia juga mengatakan akan mengecek ulang aktivitas pertambangan batu bara di kawasan itu. Dia berjanji akan menindak tegas bila ditemukan pembukaan tambang secara ilegal.
Sumber: sapos.co.id