Sutanto memang sudah santer dikabarkan untuk duduk mengisi pos menteri atau setingkat dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. Pertimbangannya, karena Sutanto dikenal sebagai tokoh yang jauh relatif bersih, berdisiplin tinggi, dan dikenal sebagai perwira tinggi polisi yang sangat memerangi segala bentuk kejahatan.
Sutanto, lahir di Comal, Pemalang Jawa, Tengah, pada 30 September 1950. Sutanto adalah alumni terbaik Akpol angkatan 1973. Berkat prestasinya selama menempuh pendidikan , Sutanto menerima penghargaan Bintang Adhi Makayasa. Ia adalah teman taruna seangkatan SBY, mereka sudah berteman bahkan bersahabat sejak sama-sama menempuh pendidikan di Lembah Tidar, Magelang. Waktu itu, Sutanto menempuh pendidikan Kepolisian – kini Akpol, sedang SBY di Akabri
Sebagai seorang lulusan terbaik, wajar bila kemudian Sutanto tampil menjadi perwira tinggi polisi dengan karier cemerlang. Ia tercata menorehkan segudang prestasi gemilang sejak duduk menjadi perwira menengah hingga perwira tinggi. Mulai dari menjadi Kapolsek, Kapolres, Kapolda, hingga menjadi orang nomor satu di jajaran Polri hingga dia pension.
Anti Judi dan Narkoba
Sutanto pada masa pemerintahan SBY (2004-2009) dipercaya menjadi kapolri sejak tahun 2005, menggantikan pendahulunya, Jenderal (Purn) Da’i (Bachtiar. Saat itu Sutanto merupakan satu-satunya nama yang diajukan SBY sebagai Kapolri dan kemudian disetujui oleh DPR.
Ia seorang perwira tinggi polisi yang dikenal sangat keras dan antikompromi dan memerangi judi, narkoba, praktik illegal logging mining, serta kejahatan KKN. Bukan setelah naik ke puncak pimpinan Polri, tapi sejak menjadi perwira menengah.
Sebelum menjabat sebagai Kapolri, ia pernah menjabat sejumlah posisi penting, termasuk menjadi Kapolda di SUMUT (2000) dan Jatim (2000-2002), Sutanto memng sudah dikenal mengepalai BIN. Hal tersebut seperti dikatakan oleh Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane yang menilai bahwa manatan Kapolri Sutanto tidak cocok menjadi kepala Badan Intelijen Negara (BIN), meskipun karirnya di kepolisian cukup bagus.
” Kinerja Sutanto saat menjadi Kapolri memang bagus terutama soal pemberatasan narkoba dan judi, tapi lemah dalam intelijen kepolisian<” ujar Neta S Pane pada suatu kesempatan.”Bagaimana dia akan memimpin BIN kalau saat itu menjadi Kapolri saja tidak membuat kinerja intelijen kepolisian membaik,” katanya. Kemudian Neta S Pane menambahkan lagi,” Kinerja intelijen Polri sangat lemah elama ini karena banyak kejadian yang tidak bisa diantispasi.”
Salah satu contoh kegagalan intelijen Polri adalah kasus meninggalnya ketua DPRD Sumut Abdul Aziz Angkat akibat unjuk rasa anarkis di DPRD Sumetera Utara 2008 lalu. Seta S Pane pada saat itujustru meyakini, Presiden SBY akan menempatkan Sutanto sebagai Menteri Perhubungan dibandingkan dengan Kepala BIN. Namun, pada kenyataannya pernyataan Neta S. Pane salah, sebab Sutanto lebih dipercaya mengepalai BIN. Bisa jadi track record Sutanto yang terkenal bersih itu memengaruhi SBY untuk menempatkannya dalam BIN. Perlu diingat pula bahwa pada saat Kapolri dipegang Sutanto, yaitu tertembaknya gembong teroris Dr. Azahari. Kemungkinan besar dalam lima tahun ke depan Sutanto akan terus berkonsentrasi menangani teror dan ingin memajukan kinerja BIN sehingga dapat mengantispasi ancaman negara yang sedang mengintai. (*)
Sumber : Medpres,” Profil Lengkap Kabinet Indonesia Bersatu II,” oleh – Guntur Wiguna. Foto : thejakartaglobe.com