Ketua Adat Timika dan mantan Ketua DPRD Timika, Yopie Kilengin, Sabtu (11/12) bersilaturahmi dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis, Kepatihan, Yogyakarta.
Yopie memerlukan datang ke Yogyakarta setelah berkembangnya polemik tentang keistimewaan DIY dan adanya reaksi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurutnya, Yogyakarta itu anak sulung Republik Indonesia.
“Kalau anak sulung tidak dihargai, itu kemerdekaan seperti apa? Bagaimana dengan yang lainnya, seperti Papua sebagai anak bungsu Indonesia?” kata Yopie Kilengin, anak tokoh Papua Kilengin yang namanya diabadikan sebagai nama Bandara Timika.
Yopie Kilengin, juga menyampaikan pesan dari masyarakat Timika kepada Sultan HB X untuk mendukung keistimewaan DIY. ”Hargai kami, apa yang menjadi suara rakyat bisa didengar,” kata Yopie Kilengin.
Sementara itu, Gubernur DIY Sultan HB X yang didampingi Kepala Bagian Humas Pemprov DIY Drs Biwara Yuswantana, MSi, menyatakan terima kasih atas kehadiran dan dukungannya. Menurut Sultan, pemilihan atau penetapan terserah masyarakat. “Seharusnya aspirasi masyarakat bisa didengar, jangan paksakan kehendak. Itu tidak demokratis,” tegas Sultan HB X.
Sebagaimana dikatakan Sultan HB X, “Amanat orang tua saya 5 September 1945 adalah untuk memenuhi bunyi konstitusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan UU yang ada, baik itu UU Nomor 29 tahun 1979 dan seterusnya, biarpun penetapan aplikasinya lewat DPRD. Hal itu tidak pernah dialami Almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX.”
Lebih lanjut dikatakan Gubernur DIY, almarhum Hamengku Buwono IX tidak pernah mengalami proses 5 tahunan. “HB X diproses 5 tahun sekali, diajukan lewat fraksi-fraksi DPRD, diplenokan serta diputuskan memohon kepada Presiden untuk mengeluarkan keputusan pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur,” jelas Sultan HB X.
Menurutnya, kalau demokrasi menurut textbook, ya susah. Karena demokrasi tiap Negara pun punya karakteristik sendiri.
Sementara itu, Bhiksu Van Hai Dao Fashe – memimpin 20 orang Bhiksu dari Taiwan, Malaysia, Singapore dan China – mengunjungi Sultan HB Xdi Gedhong Wilis, Kepatihan, Yogyakarta, Sabtu (11/12). Mereka datang ke Indonesia dalam acara yang dirancang Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui sebuah acara bertajuk “Prayer for Our Home (Earth) at Borobudur Temple, Brings Harmony to Ourself and The World” di Borobudur pada 9-13 Desember 2010.
Terkait dengan kondisi DIY akibat erupsi Merapi, Sultan HB X menyatakan bahwa kondisi itu tidak sangat mengkhawatirkan seperti yang diberitakan media.”Saya berharap kehadiran para Bhiksu bisa mewartakan, tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Yogyakarta tetap aman,” tandas Sultan HB X. (affan)
foto: ilustrasi/kompasiana