Jika mayoritas kejahatan yang berkaitan dengan geng jalanan tidak diarahkan oleh pimpinan mereka, maka apa cara terbaik untuk mencegah kekerasan yang sering disertai kematian? Lalu jika tidak ada dalang kriminal untuk ditangkap, bagaimana caranya mengurangi kejadian yang dipercaya oleh beberapa ahli sebagai budaya kekerasan dan dendam?
Chicago dan Cincinnati tampaknya memiliki program yang ampuh dalam mengurangi kekerasan geng jalanan di Amerika Serikat.
Salah satunya adalah dengan cara menggandeng Cincinnati Initiative to Reduce Violence (CIRV), di mana sebuah program yang dirancang khusus untuk mengurangi kekerasan geng jalanan, dimulai pada bulan April 2007, dengan pendanaan dari Departemen Kehakiman AS, setelah kota tersebut mencatat rekor pembunuhan 89 setahun sebelumnya. Hasilnya telah menurunkan jumlah pembunuhan 20% dari total keseluruhan di tahun 2007 hingga 2008 dan 38% penurunan dalam kelompok yang terlibat pembunuhan anggota dalam enam bulan pertama tahun 2009.
“Itu merupakan sebuah pendekatan berbasis ilmu pengetahuan yang bekerja dengan masyarakat atau komunitas,” kata Dr Gary Slutkin, direktur eksekutif Ceasefire Chicago, sebuah program pendekatan kesehatan berbasis publik untuk mengurangi penembakan dan pembunuhan, seperti yang dilansir time.com.
“Kami bahkan tidak menggunakan kata “geng”. Kami melihat ini sebagai masalah perilaku,” terang Gary
Sementara itu, Direktur proyek S. Gregory Baker mengatakan bahwa pendekatan Cincinnati ini adalah salah satu program untuk pelaku kekerasan, termasuk geng atau mereka yang berada di bawah pengawasan pengadilan, secara aktif diawasi oleh perwakilan penegak hukum dengan pesan anti kekerasan yang kuat dan didorong untuk menyebarkan berita di antara rekan-rekan mereka di jalanan. Setelah itu, mereka dimasukkan ke dalam kontak dengan “pengacara jalanan” yang menasihati mereka untuk sebuah kehidupan baru. Mereka juga dibina agar lebih terbuka dan diarahkan untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang telah menjadi korban kekerasan.
“Kami katakan kepada mereka, ‘Kami tahu tentang Anda, kami tahu tentang apa yang Anda lakukan. Jangan melakukannya,’” kata Baker.
“Kami juga mengatakan kepada orang-orang yang ada di ruangan bahwa ini bukan hanya tentang Anda, kami ingin Anda memberitahu orang-orang yang bepergian dengan Anda tentang apa yang kita bicarakan,” lanjutnya.
Selain itu, kegagalan untuk memenuhi permintaan tersebut tidak hanya akan membawa penuntutan yang cepat tetapi juga pengawasan tambahan dan lebih ketat pada teman-teman dan rekan mereka.
Salah satu inspirasi untuk program Cincinnati dan Chicago ini adalah operasi Scrap Iron Boston, yang dimulai 15 tahun lalu. Sekarang disebut Ceasefire, Scrap Iron menggeser intervensi geng dari pekerjaan polisi ke pendekatan perilaku yang lebih rumit yang memiliki dua cabang: dengan penegakan hukum agar mendapatkan pesan toleransi nol terhadap pembunuhan secara agresif untuk individu-individu yang dikenal sebagai pelaku kekerasan atau yang diyakini memiliki potensi untuk tindak kekerasan; dan menggunakan orang-orang terpercaya dalam komunitas, yang mengetahui jalanan dan kepribadian di dalamnya, untuk meyakinkan penjahat potensial agar meletakkan senjata mereka.
“Salah satu hal yang kita akui adalah bahwa Anda tidak bisa menahan jalan keluar dari situasi tipe geng,” ujar Inspektur Polisi Paulus Joyce, yang menjalankan program Boston pertengahan tahun 90-an.
“Kami menerapkan strategi penekanan terhadap anak-anak tersebut bahwa kami tidak ingin melemparkan mereka ke penjara, namun kekerasan tersebut tidak akan ditoleransi,” lanjutnya.
Kota ini memiliki catatan 152 kasus pembunuhan pada tahun 1990, sesaat sebelum diimplementasikannya Scrap Iron di daerah yang ditargetkan penuh dengan pembunuhan. Tahun berikutnya angka tersebut merosot menjadi 32, sebuah rekor yang sangat rendah.
Baker juga mengatakan, penting untuk memberikan penjahat potensial tempat untuk pergi dan dinasihati oleh pekerja jalanan, tempat netral di mana mereka bisa berbicara tanpa merasa melanggar kode tidak tertulis “Dilarang Melapor” jalanan, sejenis pesan larangan untuk berkhianat. Pendekatan itu melibatkan penempatan pekerja sosial di jalanan untuk langsung menghadapi kekerasan.
“Ada utusan yang kredibel yang dapat masuk dan mempengaruhi perubahan perilaku,” kata Tio Hardiman, direktur program mediasi geng Chicago, yang juga disebut Ceasefire.
Ia menambahkan, “Beberapa dari orang-orang ini terbiasa mengendalikan jalanan dan mereka memiliki kekuatan dan ketabahan. Mereka membiarkan anggota geng tahu mereka harus meletakkan tembakan di belakang mereka, dan data yang kita miliki akan menyokong klaim kami.”
“FBI telah menemukan bahwa program ini adalah praktik terbaik yang didokumentasikan untuk mengurangi penembakan dan pembunuhan,” kata Slutkin dari Ceasefire.
Tapi program Chicago baru-baru ini menderita anggaran yang besar, bagian dari keseluruhan pemotongan Illinois. Negara biasa memberikan anggaran 6.000.000 dolar Amerika dari total biaya Ceasefire sebesar 8.000.000 dolar Amerika. Dana negara benar-benar banyak yang habis ketika kemudian Gubernur Rod Blagojevich mengurangi belanja, yang berakibat pada hilangnya pekerjaan 150 staf dan meningkatnya kekerasan di sisi selatan Chicago, di mana Ceasefire melakukan banyak pekerjaannya di sana. Setelah pengganti Blagojevich, Pat Quinn, melihat peningkatan kejahatan, dana itu sepenuhnya kembali tahun ini dan Ceasefire berusaha untuk menempatkan para pekerja kembali ke jalanan. (evy)
Lalu dapatkah program sejenis diterapkan di Indonesia?
Terkait: Lalu Pantaskah Geng Selalu Disalahkan atas Kejahatan Jalanan? (Bag 1)
foto: ilustrasi/gamezone.com