Sikap tempramental Jumat Barus (57) mencapi puncaknya pada Sabtu (7/8) malam kemarin. Akibat pengaruh minuman esmenen (minuman keras-red), petani tradisional itu membakar rumah sendiri. Benar benar biadab, sebelum rumah dibakar, pria penjudi itu terlebih dahulu menyekap istri, mertua, dan dua anaknya, di dalam rumah.
Aksi sadis itu mengakibatkan rumah semi permanen yang selama ini dihuninya di Desa Sei Beras Sekata, Pasar IX, Sunggal, Deliserdang nyaris tak berbentuk lagi. Beruntung, istrinya, Sikap boru Tarigan (47) yang disekap bersama mertua, dan dua anak mereka berhasil diselamatkan warga. Jumat Barus sendiri usai melakukan kejahatannya langsung menghilang.
“Kami semua diikatnya di dalam kamar. Dia memang berniat membakar kami hidup-hidup,” kata Sikap di Mapolsekta Medan Sunggal. Sikap mengatakan, kalau selama ini dirinya memang sering dikasari oleh suaminya. Namun dengan alasan ingin mempertahankan keutuhan rumahtangga, Sikap tak pernah mau melaporkan kasus itu kepada polisi. “Tapi sekali ini perbuatannya sudah kelewatan batas. Bukan aku saja yang dicelakainya, tapi ibuku, dan dua anak kami juga disekapnya,” ujar Sikap.
Wanita berambut panjang ini mengaku tak tau persis alasan suaminya berbuat senekat itu. Ketika itu suaminya pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Tiba-tiba seluruh penghuni rumah langsung diikat dan dikurung di dalam kamar. “Dia memang suka mabuk sama main judi. Kalau sudah kalah (judi), dia langsung memukuli saya,” jelasnya.
Namun setelah diingat-ingat ibu dua anak ini, diduga kuat percobaan pembunuhan itu didasari cemburu. “Semalam kami bertengkar, dia menuduh saya selingkuh. Bisa jadi itu alasan mau membunuh kami,” ucapnya.
Kepala Dusun IV T Sembiring menambahkan, ketika itu dirinya bersama sejumlah warga dikejutkan teriakan korban dari dalam rumah. Saat diperiksa, rumah korban sudah diselimuti api yang mulai membesar. “Kami langsung menerobos dan mendobrak pintu kamar yang sudah digembok dari luar. Di situ istri bersama penghuni lainnya diikat sama si Barus,” kata Sembiring.
Sembiring pula yang selanjutnya menganjurkan korban melaporkan kasus itu ke polisi. Warga sendiri menurut Sembiring cukup kesal dengan ulah pelaku, dan sepakat untuk tidak menerima kehadiran pelaku di kampung mereka. “Seandainya dia pulang, akan kami usir. Itu sudah keputusan keluarga korban dan masyarakat,” ujarnya.
Sumber: serambinews.com