Empat hari setelah Gunung Sinabung mengeluarkan asap dan letusan, para pengungsi sudah mulai terserang beragam penyakit. Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah telah membangun pos kesehatan. Tidak hanya dari kalangan pemerintah, dari lembaga-lembaga lain yang konsen terhadap nasib pengungsi juga mendirikan posko.
Seperti disampaikan relawan PMI Herriansyah kepada SWATT Online, Wilmar Rescue Team misalnya yang langsung menuju Posko Utama Pendopo Pemkab Tanah Karo. Berbekal info dari lokasi bencana, tujuan segera diarahkan ke Jambur Lige, Jambur Tuah Lopati, Los Pekan Buah (Pasar Buah) desa Tigabinanga dan Los (Pasar) Singgamanik, yang merupakan tempat pengungsi dengan peringkat teratas.
“Kita melihat langsung kondisi pengungsi mulai dari batita hingga lansia. Sekilas tempat itu bagaikan hajatan besar tengah berlangsung. Lingkungan pengungsian yang semraut dan kumuh ditambah riuh rendahnya aktivitas para pedagang dadakan yang memanfaatkan moment keramaian, sungguh keadaan yang jauh dari gambaran bahwa lokasi itu adalah tempat pengungsian,” kata Herriansyah.
Berbagai bahan makanan sumbangan dari berbagai lembaga dan perusahaan, kata Herriansyah tertata dan dikelola Panitia yang merupakan kombinasi dari perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat. Terlihat jelas upaya mereka memberikan pelayanan dengan segenap kemampuan dan fasilitas yang ada. Di masing-masing Posko tersedia seperangkat pengeras suara. Informasi mengalir dari perangkat elektronik itu. Mulai dari jumlah bantuan, siapa yang menyerahkan hingga sepatah dua patah kata sambutan dari para penderma.
Di tengah kondisi pengungsi seperti sekarang, sudah banyak juga pengungsi yang kembali ke rumahnya dan melakukan aktifitas dengan menggunakan masker. Antisipasi serangan penyakit, pemerintah tetap membuka pelayanan kesehatan, fasilitas komunikasi, dapur umum dan MCK.
Permasalahan yang sering menjadi keluhan adalah simpang siurnya data jumlah pengungsi. Andaikata penanggung jawab Posko dapat menyajikan data yang mewakili jumlah para pengungsi dengan akurat, pastilah kesulitan yang dialami pengungsi akan mudah teratasi.
“Simpang siurnya jumlah pengungsi, bahkan terkesan mendramatisir bahwa jumlahnya akan terus bertambah merupakan cerminan dari pemerintah masih lemah dalam penanggulangan korban bencana,” tandasnya. (mes)
foto ; James P Pardede