Penerapan Industrial Security harus dapat dilaksanakan bersama-sama partisipasi masyarakat dan secara kemitraan guna memecahkan permasalahn dalam rangka upaya melindungi instalasi, material/utility. Terlebih, personil serta informasi rahasia membantu mencegah kerusakan dan kehancuran, yang akan bermuara terciptanya satu kondisi perlindungan terhadap kepentingan usaha dan industry nasional yang mampu dihadapkan persaingan global.
Dalam hal ini, Soeryakanta Strategic Initiative Group dan The CEO CLUB. Sebuah tim survey yang dibentuk dibawah kendali Soeryakanta SIG, terdiri 16 mahasiswa semester akhir yang dikumpulkan dari berbagai universitas Jabodetabek, untuk pertama kali melakukan survey guna memberikan kontribusinya terhadap pengamanan Industrial Security Indonesia (ISI) pada tahun 2008 lalu.
Adapun sasaran utama survey tersebut dibagi menjadi dua bagian. Yakni Completion dan yang sedang berjalan. Completion sendiri mengarah kepada Project A – apa yang diinginkan CEO dari security, Project B – mengarah kepada security di mata staf non-security, dan Project C adalah tantangan scurity manager. Sedangkan tahap yang sedang berjalan sendiri adalah melanjutkan completion terhadap tantangan Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) serta karakter & Perilaku Satuan Pengamanan Indonesia.
Latar Belakang Melakukan Survey
Latar belakang survey Soeryakanta Strategic Initiative Group dan The CEO CLUB ini didasari atas Industrial Security Indonesia (ISI) yang mengamankan lebih dari 85% infrastruktur swasta di Indonesia serta kemampuan negara (Polri dibantu dengan TNI) dalam melayani, melindungi, mengayomi masyarakat yang dinilai masih sangat terbatas, baik dari kekuatan SDM dan finansial.
ISI yang sudah berkembang hampir 3 dekade semenjak Profesi Satuan Pengaman(Satpam) di formalkan oleh Prof. DR. Awaloedin Djamin MPA dalam peraturan Kepolisian sampai dimasukan sebagai bentuk Pamswakarsa Undang undang Nomor 2 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 3 c. Tetapi Dalam perjalanannya, ISI berkembang apa adanya dengan minimal pembinaan teknis maupun penguatan legitimasinya dari negara.
Sampai saat ini saja, ISI masih belum mendapat perhatian yang cukup dari negara, melewati Polri, DPR atau lembaga pemerintah lainnya.Padahal kekuatan ISI sudah mencapai 500.000 personil satpam yang dikelola oleh lebih dari 670 BUJP secara nasional. Sedangkan proses pendewasaan ISI sendiri sangat didukung sekali oleh inisiatif sektor swasta dan industri dalam membekali dirinya sendiri;
Seperti kita ketahui, timbulnya milestones ISI ini, antara lain, disebabkan ole kerusuhan tragedi pada tahun1998, 1999, maraknya bom 1, tragedi 9/11, maraknya bom2, berbagai kerusuhan Pemilu, Pilkada, Pemekaran wilayah dan lain sebagainya. Apalagi, Indonesia akan memasuki era Asean Economic Society, dimana salah satu implikasinya adalah, negara kita ini akan semakin terbuka bagi pencari kerja tenaga asing dalam segala bentuk/jenis pekerjaan.
Perjuangan beberapa organisasi profesi security yang ada, masih terus berupaya untuk menentukan jatidiri dan perannya dalam perkembangan ISI. Akan tetapi, terbatasnya lembaga pendidikan formal yang menyediakan ilmu-ilmu dalam Industrial Security di Indonesia, menyebabkan ketersediaan SDM yang menguasai Industrial Security sangat rendah. Hal ini terlihat belum adanya Pusat Kajian atau Pengembangan Industrial Security di Indonesia yang dapat diakses oleh seluruh pemangku kepentingan(stakeholders), sehingga menyebabkan pelaku ISI mencari bentuk dan formatnya masing-masing dalam menjalankan bisnisnya.
Tujuan Survey
tujuan yang dilakukan mahasiswa tersebut adalah untuk mengukur sejauh mana fungsi pengamanan perusahaan telah berhasil dijalankan di umumnya perusahaan yang berbasis/beroperasi di Indonesia. Kedua, tantangan sesungguhnya yang dihadapi pelaksana pengamanan perusahaan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sehari-hari. Ketiga, tingkat penerimaan keberadaan program pengamanan perusahaan oleh staf internal security dan pihak eksternal lainnya, dan Keempat adalah security Awareness, Consciousness, dan Behaviors tingkat dalam perusahaan.
Selain itu, survey tersebut juga bertujuan untuk mengformulasikan keseluruhan masukan menjadi sumber utama (primary source) dalam melakukan Langkah Perbaikan(Corrective Actions) selanjutnya oleh masing-masing perusahaan, komunitas professional security, BUJP, dan Negara(DPR, POLRI, TNI) dan hasil Survey juga akan dijadikan salah satu dasar pembentukan berbagai standarisasi Industrial security di Indonesia dan syllabus dalam Industrial Security Educational Program bersama Universitas Indonesia-Program Pasca Sarjana Progran Studi Kajian Ilmu Kepolisian.
Tak heran, dari tim survey berhasil mengembangkan 300 pertanyaan yang didesain untuk kelima project sasaran survey dan mendapatkan hampir 800 perusahaan yang kriterianya sesuai dengan target profit responden. Dimana hampir 70% perusahaan berlokasi di Jakarta, 25% berlokasi di luar Jakarta, 5% berkantor pusat di luar negeri (Singapore, Hongkong, Switzerland, London, dan Tokyo)
Ada 4 fungsi dalam Tim Survey tersebut : Tim 1, Pengembang Questionaires, Tim 2, Pengumpulan Data/Nama Perusahaan Responden, Verifikator Responden, Tim 3, Pengiriman Questionaire(Surat, Email) dan Tim 4, Pengolah Analisa Data, Temuan Kunci(Key Findings) (Tabulasi). Dengan target profit responden, yakni perusahaan Nasional dan Multi National berbasis dan beroperasi di Indonesia, bersifat PT atau Terbuka (Tbk), memiliki minimal 500 karyawan ke atas, meiliki website yang berjalan dan pernah masuk dalam perusahaan terbaik versi Indonesia atau luar negeri (prefered).
Catatan : Untuk Project A- Apa yang diinginkan CEO dari security, dari 800 perusahaan yang dikirim, Soeryakanta Strategic Initiative Group dan The CEO CLUB menerima respon kembali sejumlah 311 perusahaan (40%), dan setelah di filter kemabali, hanya 251 perusahaan (31%) yang jawabnya valid. (Heru Lianto)