Sebuah survei bersama yang dilakukan oleh Control Risks dan International SOS menemukan bahwa para pemimpin bisnis dunia percaya bahwa Amerika Latin adalah wilayah paling berisiko di dunia untuk mengirimkan perwakilan bisnis mereka, bahkan Amerika Latin di nilai wilayah udara yang paling berbahaya untuk di lintasi, isu terorisme dan kerusuhan sipil terus menjadi perhatian terbesar para pebisnis dunia.
Survei menemukan bahwa 40 persen dari direksi keamanan, manajer perjalanan, dan eksekutif HRD terutama berasal dari Amerika Serikat memilih Amerika Latin sebagai tempat paling berisiko di dunia bagi wisatawan. Hanya lebih dari 30 persen menganggap Timur Tengah sebagai wilayah yang paling berbahaya untuk mengirim pelancong, diikuti oleh Asia, dan Eropa.
Perang narkoba meningkat yang menyelimuti Meksiko adalah salah satu alasan utama para pebisnis takut bepergian ke negara-negara Amerika Latin.
“Meksiko masuk daftar negara yang paling berbahaya karena masalah perang kartel dan geng narkoba, menempati posisi kedua India. Meskipun tingkat kejahatan di sejumlah negara Timur Tengah dan negara-negara Amerika Selatan turun namun kejahatan tetap terus mengancam seperti fenomena gunung es, survey juga menunjukan bahwa perbatasan AS – Meksiko merupakan wilayah paling tidak aman”. Demikian press release yang diterima Security Management dan dikutip SWATT ONLINE
Selam dua tahun berturut-turut, survei menyatakan bahwa perhatian terbesar para responden adalah terorisme dan kerusuhan sipil yang diikuti oleh bencana alam, pencuria dan kejahatan, penculikan dengan tebusan, dan akhirnya keamanan maritim, yang naik menjadi 2 persen dari nol tahun lalu.
Para pebisnis selalu melihat situasi keamanan negara tujuan sebelum memutuskan untuk bepergian, resiko keamanan tidak bisa dihilangkan namun dapat dikelolah dengan cara meminimalisirnya,’’ujar John Rendeiro, Wakil Presiden Keamanan Global dan Intelijen di International SOS.
Foto : Security Management