Angkutan kota (angkot) di Medan melakukan aksi mogok dan tidak beroperasi. Akibatnya, calon penumpang yang di antaranya terdiri dari pelajar, karyawan dan pedagang kecil terlihat menumpuk di sejumlah halte, jalan dan trotar di beberapa ruas jalan protokol di Medan.

Aksi mogok massal yang dilakukan para sopir angkot turut membuat sejumlah ruas jalan di Medan lengang. Koordinator Keluarga Besar Sopir dan Pengemudi (Kesper) Sumut Israel Situmeang, membenarkan sekitar 12 ribu unit sopir angkot di Medan melakukan mogok massal.
“Kami terpaksa melakukan mogok massal karena tuntutan kami belum juga dipenuhi oleh pemerintah,” ujarnya.
Beberapa tuntutan sopir dan pemilik angkot di Medan itu, di antaranya mengenai biaya pengurusan surat izin mengemudi (SIM) B1 umum yang dianggap terlalu tinggi, tingginya biaya ini banyak sopir angkot mengalami kesulitan memperpanjang masa berlaku SIM B1 umum karena sering tidak lulus saat menjalani ujian teori dan praktik.
“Untuk bisa memperoleh SIM B1 umum, banyak sopir angkot terpaksa menggunakan jasa calo yang mematok tarif berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta,” kata Israel.
Selain masalah biaya pengurusan SIM, pihaknya juga menolak rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Medan mengoperasikan armada bus angkutan umum massal atau mass rapid transit (MRT).
Pantauan di Jalan Setia Budi, Jalan Jaming Ginting, Jalan Gatot Subroto Medan banyak calon penumpang yang berdiri di pinggir jalan menunggu angkot yang tak beroperasi. Calon penumpang banyak yang memilih naik becak mesin.
Menyikapi aksi mogok angkot ini, di Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos) Medan, aparat kepolisian menurunkan beberapa armadanya untuk mengangkut calon penumpang sampai ke Lapangan Merdeka Medan. Sama halnya dengan di Jalan Setia Budi dan Jalan Gatot Subroto Medan. (mes)