Badan Nasional Narkotika (BNN) menyebut jaringan sindikat narkotika internasional asal Iran masih menjadi pemasok utama narkoba di Indonesia, demikian rilis akhir tahun BNN, di Jakarta.
BNN menengarai jaringan sindikat narkotika asal Iran ini sedang berupaya memindahkan pabrik narkotika mereka ke Indonesia. Ada berbagai modus yang digunakan, dengan menggunakan rumah sewaan atau apartemen sebagai tempat untuk memproduksi barang haram tersebut. Hal ini dikatakan Direktur Penindakan BNN Benny Mamoto, bahwa modus yang sama sudah dilakukan sindikat itu di Malaysia.

“Gejala untuk mereka memindahkan itu ada. Kenapa? Karena di Malaysia sudah terungkap sudah tertangkap. Kita tahu ribuan orang Iran berada di apartemen di Kuningan Jakarta, kemudian Cisarua. Cipanas mereka ngontrak rumah-rumah di sana. Ketika mereka memproduksi di Teheran ada cost tambahan untuk kurir, ada risiko kalau tertangkap, maka yang paling mudah adalah ahli kimianya yang datang produksi di sini dan langsung memasarkan di sini. Memotong mata rantai.”
Benny Mamoto menambahkan pabrik narkotika rumahan atau dikenal dengan clan lab sangat mengkhawatirkan. Selain sulit diawasi, kemampuan produksi mereka juga sangat tinggi; rata-rata 4 hingga 5 kilogram narkotika per hari.
Sindikat narkotika Iran saat ini juga diketahui telah bekerjasama dengan jaringan sindikat narkotika Nigeria untuk mendistribusikan sekaligus mengawasi peredarannya di dalam negeri. Distribusi dan pengawasan itu dicurigai dilakukan oleh WNA dari balik jeruji penjara di Indonesia.
Benny Mamoto mengatakan, untuk mencegah hal ini, BNN bekerjasama dengan pihak imigrasi dan dinas kependudukan setempat untuk meningkatkan pengawasan terhadap warga negara asing yang tinggal di Indonesia, termasuk para pencari suaka. Hal ini dilakukan menyusul tertangkapnya dua pencari suaka asal Iran di Jakarta Utara yang terlibat dalam kasus narkotika. BNN meminta masyarakat berantisipasi dalam kegiatan pencegahan ini dengan memastikan status WNA yang tinggal di lingkungannya.
Namun ajakan BNN agar masyarakat lebih peduli tampaknya butuh upaya keras. Sekjen Gerakan anti Narkotika Granat, Ashar, mengakui masih rendahnya kesadaran warga terhadap bahaya kejahatan narkotika.
“Seperti terorisme; RT aja engga ngerti kalau ada teroris di sekitarnya. Ini berarti tidak ada kesadaran dari lingkungan,” terang Benny sebagaimana dinukil situ ABC Radio Australia. (sol/abc)