SIDRAP, BKM — Jembatan kayu di Desa Lagading, Kecamatan Pitu Riase,
Kabupaten Sidrap ambruk, Senin (22/10) sekitar pukul 07.30 Wita. Akibatnya, 800 warga di Desa Lagading terisolir karena jembatan ini satu-satunya akses keluar dari desa tersebut.
Jembatan kayu ini ambruk setelah sebelumnya melintas truk pengangkut pasir bernomor polisi DD 9490 MB. Jembatan yang telah berusia 20 tahun ini tak mampu menahan beban truk. Akibatnya, jembatan ambruk dan truk terjungkal ke sungai.
Jembatan yang dibangun menggunakan batang kelapa ini diperbaiki atas swadaya masyarakat dari dua desa. Pasalnya, hingga saat ini pemerintah belum membangun secara permanen jembatan tersebut.
Bukan hanya dampak ekonomi yang kini dirasakan warga Desa Lagading. Sejak kemarin, beberapa pelajar sekolah menengah pertama (SMP) tidak bisa bersekolah karena tidak memiliki akses keluar. Di desa Lagading sedikitnya ada sekitar 40 pelajar yang setiap hari harus melintasi jembatan itu untuk menuju ke sekolahnya di SMPN 2 Bila.
Biasanya, pelajar dari Desa Lagading jika hendak ke SMPN 2 Bila membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Jika jembatan ini ambruk, para pelajar mesti memutar mencari jalan alternatif lain yakni menaiki dan menuruni bukit dan melintasi areal persawahan dan perkebunan yang membutuhkan waktu 1 jam lebih menuju Desa Bila Riase.
“Saya tidak masuk sekolah hari ini pak, takut terlambat masuk sekolah karena jembatan Lagading runtuh dilalui truk. Terlalu jauh melintasi daerah pengunungan kalau kita lalui jalan setapak. Kami juga takut jembatan langsung ambruk,” ujar Rini, warga Desa Lagading yang sekolah di SMPN 2 Bila, kemarin.
Hal senada juga dikemukakan salah satu warga Lagading, Alimuddin Syukur. Ia mengatakan, jembatan tersebut adalah satu-satunya akses warga Desa Lagading untuk menuju ke Desa Bila Riase.
Menurut Alimuddin, warga telah beberapa kali mengusulkan ke pemerintah untuk segera memperbaiki jembatan yang menghubungkan Desa Lagading dan Desa Bila Riase.
“Karena usulan belum direalisasikan, warga di dua desa tersebut hanya memperbaikinya menggunakan batang kelapa,” ungkap Ali di loaksi jembatan kemarin.
Ia, mengharapkan, pemerintah secepatnya menanganani ambruknya jembatan itu dan membangun jembatan permanen. Pasalnya, dengan ambruknya jembatan ini membuat 800 warga di Desa Lagading terisolir karena kendaraan roda empat dan roda dua tak bisa melintas.
Anggota Komisi I DPRD Sidrap dari daerah pemilihan IV M Dais Labanci yang dimintai tanggapan soal ambruknya jembatan ini mengaku, jika ia sebulan lalu pernah melakukan reses di wilayah tersebut. Saat itu, ia melihat jembatan tersebut telah miring dan hampir ambruk.
“Saya prihatin atas peristiwa ini. Besok (hari ini) saya akan memanggil Dinas PU Bina Marga untuk membicarakan masalah ini. Bina Marga harus cepat turun ke lapangan untuk memperbaiki jembatan tersebut untuk sementara,” kata Dais, kemarin.
Ia juga mengaku telah menghubungi Kepala Desa Lagading untuk segera membuat surat usulan perbaikan jembatan tersebut ke Bupati Sidrap. “Nanti kami yang akan mengawal surat tersebut,” jelasnya.
Yang utama menurut Dais, pemerintah harus segera membuat jembatan sementara agar 800 warga di Desa Lagading tidak terisolir. “Kasihan hanya gara-gara jembatan, warga kita tidak pergi sekolah dan mencari uang,” katanya. [beritakotamakassar.com]