
Jakarta – Persoalan mahasiswa Indonesia di Rusia “memprihatinkan”. Dibandingkan di negara-negara lainnya, situasi di Rusia jauh berbeda. Demikian disampaikan Maralus Panggabean, Inspektur pada Inspekorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam diskusi dengan Mahasiswa Indonesia di Rusia yang berlangsung di KBRI Moskow beberapa waktu lalu seperti dikutip dalam rilis yang diterima wartawan, Selasa (27/11/2012).
Diskusi dengan tema “Mahasiswa dan Peranannya dalam Babak Baru Hubungan Indonesia Rusia” dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Mahasiswa Indonesia yang berdomisili di Moskow dan sekitarnya, serta beberapa pejabat KBRI Moskow. Maralus mengatakan keprihatinan ini antara lain jumlah mahasiswa Indonesia di Rusia yang masih sedikit. Rusia merupakan negara besar, memiliki hak veto di PBB dan maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Kesenjangan ini sangat besar. Ini sebagai bahan evaluasi Kemdikbud agar gagasan Duta Besar RI Moskow untuk memajukan kerjasama pendidikan ditunjang oleh Kemdikbud”, ujar Maralus dalam diskusi tersebut. Menurut Maralus, Rusia tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Rusia sudah berubah. Setelah melihat Rusia ini, perlu dipertimbangkan pemberian beasiswa seluas-luasnya kepada warga Indonesia. Anggaran mendukung dan sangat layak apabila mahasiswa Indonesia di Rusia perlu ditambah jumlahnya.
Pada tahun 1960-an ribuan mahasiswa Indonesia studi di Rusia. Saat ini jumlahnya sebanyak 130 orang yang sebagian besar adalah penerima beasiswa Pemerintah Rusia. Jumlah tersebut belum mencerminkan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Sementara itu, jumlah mahasiswa dari negara tetangga Indonesia seperti Malaysia lebih dari 3000 orang dan Vietnam mencapai 6000 orang.
Studi di Rusia membutuhkan kesiapan mental, intelektual dan finansial. Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa Indonesia di Rusia adalah terbatasnya biaya hidup. Uang beasiswa yang diterima mahasiswa saat ini terbatas dan kurang dari 100 dolar Amerika Serikat setiap bulan sehingga tidak mencukupi untuk menutupi kehidupan sehari-hari.
“Kami sangat mengharapkan adanya perhatian dari Pemerintah Indonesia kepada mahasiswa Indonesia di Rusia berupa bantuan tambahan uang beasiswa, seperti yang diberikan pemerintah negara-negara lain kepada mahasiswanya yang studi di sini”, kata Rio Abdi Putra, Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia Cabang Moskow (PERMOS).
Rio asal Bangka adalah salah satu mahasiswa penerima beasiswa Pemerintah Rusia yang mengambil program magister Ilmu Hukum Internasional di Universitas Persahabatan Antar Bangsa (RUDN). Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus Djauhari Oratmangun menyampaikan dengan perkembangan tatanan global yang ada dan terus berkembangnya hubungan Indonesia-Rusia, dibutuhkan putra-putri terbaik bangsa lulusan Rusia.
“Mereka sebagai pionir yang akan menjembatani hubungan kedua bangsa di masa mendatang”, ujar Dubes Djauhari.
Menurut Dubes Djauhari, sekitar tiga dasawarsa Rusia/Uni Soviet jauh dari “radar” masyarakat Indonesia sehingga tidak ada mahasiswa Indonesia yang datang untuk studi di Uni Soviet/Rusia pada periode 1965-1995. Kini waktunya mengembalikan kembali “kemesraan hubungan Indonesia-Rusia” melalui bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Dubes Djauhari dan Maralus Panggabean sepakat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas mahasiswa Indonesia di Rusia. Salah satu perhatian terhadap mahasiswa adalah pemberian beasiswa kepada mahasiswa Indonesia di Rusia dari Pemerintah Indonesia.
Dalam diskusi disampaikan pula paparan tentang pendidikan Indonesia dengan tema “Mempersiapkan Generasi Emas 100 tahun Indonesia Merdeka” oleh Gogot Suharwoto, Kepala Bagian Perencanaan Program dan Anggaran Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kemdikbud RI. |dtc|