MAKALE, BKM — Ini peringatan bagi orangtua agar mengawasi aktivitas putra-putrinya yang masih bocah. Di Tana Toraja dan Gowa, Selasa (9/10), tiga orang bocah tewas mengenaskan karena kelalaian orangtua.
Di Tana Toraja, kejadian tragis dialami seorang bocah berumur 20 bulan bernama Tri. Dia ditemukan oleh orangtuanya dalam kondisi tak bernyawa setelah tercebur ke dalam sebuah ember besar di kamar mandi rumahnya. Peristiwa ini terjadi Selasa (9/10) sekitar pukul 19.00 Wita di Dusun Sion, Kelurahan Bombongan, Makale. Korban adalah anak ketiga dari pasangan Agustinus Mulu dan Nuriana Luden, Kepala SD Kristen Makale.
Sementara di Gowa, dua bocah kakak beradik bernama Rida (10) dan Rapli (7) tewas tenggelam di sebuah empang sedalam dua meter di Kampung Jenemadinging, Dusun Sanrangan, Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga.
Informasi tewasnya Tri di Toraja menyebutkan, ketika kedua orangtua dan kakaknya bersantap malam, Tri sedang tidur lelap dalam kamar. Berselang setengah jam kemudian usai makan malam, ayah korban kembali masuk kamar untuk buang air kecil.
Alangkah terkejutnya Agustinus, karena di situ ia menemukan anak bungsunya dengan kondisi tertelungkup dalam ember besar. Iapun panik dan segera berteriak memanggil tetangganya untuk mengantar anaknya ke Rumah Sakit Fatimah guna mendapatkan pertolongan.
”Tapi Tuhan berkehendak lain. Nyawa Tri tak tertolong. Ia mengembuskan nafasnya yang terakhir di tengah perjalanan,” tutur LR Tangko, paman korban yang ditemui di rumah duka, kemarin.
LR Tangko yang juga anggota DPRD Tana Toraja ini mengakui, kepergian Tri cukup membawa duka mendalam bagi keluarga. Sebab di luar dugaan Tri meninggalkan keluarga untuk selama-lamanya secara tragis.
Sementara ibu korban, Nuriana Luden sambil berlinang air mata dengan nada terbata-bata menceritakan kejadian yang dialami anaknya. ”Waktu kami bersama ayah dan kakak korban di ruang makan untuk santap malam, Tri sedang tidur nyenyak di kamar. Entah kenapa tidak ada suara tangisan sebelum mayatnya ditemukan di dalam kamar mandi,” ujarnya sambil menangis.
Sebelum kepergian Tri untuk selama-lamanya, Nuriana dan anggota keluarga lain tidak merasakan firasat apa-apa. Seperti biasa dia hanya suka tertawa.
Ditemukan Mengapung di Empang
Histeris Halima Wati dan Baharuddin (pegawai Dinas PU Makassar), warga BTN Tabbu Te’nea Sanrangan, tak terbendung ketika tahu dua anaknya yang masih balita sudah tidak bernyawa saat ditemukan mengapung di empang sedalam dua meter di Kampung Jenemadinging, Dusun Sanrangan, Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Dua bocah yang masih duduk di bangku SD Sanrangan ini masing-masing Rida (10) kelas empat dan adiknya Rapli (7) kelas 1, tenggelam Selasa (9/1) sekitar pukul 17.00 Wita.
Kapolres Gowa, AKBP Totok Lisdiarto S melalui Kasubag Humas Polres Gowa AKP Andry Lilikay, Rabu (10/10) kepada BKM mengatakan, kedua bocah tersebut diperkirakan sedang bermain-main di sekitar empang bekas galian tambang, yang tidak jauh dari rumahnya.
Namun karena Rapli terpeleset dan langsung tercebur ke empang, kakaknya, Rida pun berniat menolong sang adik. Ternyata malang baginya, ia juga ikut tenggelam.
Proses jatuhnya kedua bocah ini tidak diketahui pasti. Keduanya baru diketahui setelah seorang warga bernama Firman, menemukan tubuh mereka mengapung di permukaan empang.
“Waktu itu saya sedang mencari ternakku. Saya kaget tiba-tiba ada anak-anak yang mengapung di kubangan bekas galian. Akhirnya saya berteriak memanggil orangtuanya dan
warga sekitar,” terang Firman.
Saat dievakuasi, tubuh sang kakak, Rida korban sudah tak bernyawa. Sementara Rafli sempat dibawa ke RSU Syekh Yusuf Sungguminasa, tapi nyawanya juga tak tertolong.
Kapolsek Pallangga AKP Haerul Aman yang turut dikonfirmasi kemarin mengatakan, pihaknya telah melakukan penanganan di lokasi kejadian. “”ua kakak beradik ini tenggelam karena tidak bisa berenang. Kasus ini adalah murni kecelakaan dan kelalaian orangtua. Meski demikian kami
tetap memanggil saksi untuk dimintai keterangan,” kata kapolsek.
Kejadian serupa sebelumnya pernah terjadi di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga pada 15 Maret lalu. Dua kakak beradik juga tewas tenggelam di sungai Borong Untia. Dua korban yakni Ayu (9) dan adiknya Akbar Aidil Sultan (6), tenggelam setelah terseret arus sungai saat pulang sekolah. [beritakotamakassar.com]