
Sudah 14 tahun, Indonesia menjalani masa transasi demokrasi dan saat ini sedang dalam tahap konsolidasi. Namun kenyataan yang muncul, selama itu juga Indonesia belum dipimpin oleh pemimpin sejati bangsa Indonesia yang mampu membawa kejayaan untuk NKRI. Hambatan itu disebabkan oleh dua faktor yaitu sistem politik dan partai politik di Indonesia saat ini yang tidak memungkinkan masuknya tokoh pemimpin bangsa yang mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan partai.
Pakar ekonomi politik dari Universitas Indonesia Prof Dr Emil Salim, mengkaji penyebab kegagalan dari sudut partai politik. Menurutnya, partai politik sebagai aktor tunggal yang menjadi jembatan menuju pemimpin bangsa Indonesia tidak membuka pintu selebar-lebarnya bagi seluruh anak bangsa untuk bersaing menjadi calon pemimpin. Partai di dominasi oleh kelompok dan figur tertentu, sehingga kepentingan mereka diutamakan dibandingan rakyat.
“Kata kunci adalah parpol karena dia yang melakukan perekrutan calon pemimpin. Parpol saat ini berlindung dan bergantun serta dikuasai oleh kelompok atau figur tertentu. Akhirnya parpol dapat disetir untuk memenuhi kepentingan figur tersebut tanpa mengetahui apa yang diperjuangkan figur tersebut untuk rakyat atau tidak,” ujar Salim dalam diskusi di Rumah Kebangsaan dengan tema Mencari Kriteria Pemimpin, Kamis (23/11).
Akhirnya pemimpin yang muncul adalah pemimpin yang kompromistis, tidak memiliki kemampuan memimpin dan hanya sekadar mengejar pencitraan semata. Pemimpin tidak mampu menegakan wibawa dan membawa kepentingan rakyat ketika partai memerintahkan. |MICOM|