Denpasar (Bali Post) – Keresahan sejumlah peternak babi di Denpasar makin mengemuka. Pasalnya, pangsa pasar lokal untuk babi telah diserobot oleh investor besar dari luar negeri. Padahal, sebelumnya telah dibuat kesepakatan antara pihak investor yang berlabel Karya Prospek Satwa (KPS) dengan Gabungan Usaha Peterbak Babi Indonesia (GUPBI) Bali. KPS tidak akan memasarkan hasil produksinya di pasar lokal. Namun kenyataannya, kesepakatan tersebut diduga dilanggar pihak KPS sehingga membuat peternak babi di Bali resah.
Kondisi ini disampaikan Ketua Kelompok Ternak Kresek, Sesetan, Ketut Sudirta, kepada anggota DPRD Denpasar Ni Wayan Sari Galung, S.Sos. Atas laporan ini, Sari Galung meminta Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Disnakanlut) Denpasar untuk segera menyikapi kondisi dimaksud. ”Kami berharap Disnakanlut Denpasar dapat mengambil sikap tegas agar peternak lokal tidak kehilangan pangsa pasarnya. Ini persoalan serius yang harus segera disikapi dengan bijak,” ujar wakil rakyat asal Sesetan ini, Minggu (4/11) kemarin.
Dikatakannya, pihaknya telah mendapat laporan dari sejumlah anggota GUPBI Denpasar atas kondisi yang tengah dialaminya. Peternak babi lokal telah menyampaikan aspirasinya kepadanya selaku dewan di Denpasar. Peternak mengaku, saat ini kondisi pemasaran babi di Denpasar telah amburadul. Hancurnya pemasaran babi diindikasikan disebabkan oleh keberadaan investor besar dalam hal ini KPS yang menyerobot pasar lokal. Padahal, pada 30 Juni 2012 telah dibuat kesepakatan antara GUPBI Bali dengan KPS untuk tidak memasarkan hasil produksi babi dari KPS ke pasar lokal (Bali). ”Namun pada kenyataannya, kesepakatan itu diduga dilanggar oleh KPS yang tetap melakukan penjualan babi potong hidup di pasar lokal,” ujar Sari Galung menirukan aspirasi peternak.
Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, ia mengharapkan Disnakanlut Kota Denpasar segera mengambil langkah mendukung peternak lokal dan menutup keberadaan KPS. Mengingat, hal ini telah menyebabkan kerugian bagi peternak di Kota Denpasar secara keseluruhan. ”Beberapa kabupaten lain seperti Badung, Tabanan dan Gianyar telah melakukan tindakan tepat untuk menjaga keberadaan peternak lokal,” katanya.
Sejak hadirnya KPS, katanya, peternak babi mulai merasakan sulitnya babi potong hidup yang diproduksi oleh peternak babi di Kota Denpasar terserap pasar. Kondisi ini diduga akibat kehadiran investor besar dari Thailand yang melakukan budi daya babi dengan konsep kemitraan dan telah merebut pasar lokal yang merupakan segmen peternak lokal. ”Bila ini dibiarkan, peternak lokal akan mati suri,” ujar anggota Komisi D DPRD Denpasar ini.
Kepala Disnakanlut Denpasar I.B. Bayu Bramasta belum bisa dimintai konfirmasi atas kondisi ini. Nomor handphone yang dihubungi tidak ada jawaban. Demikian pula pihak KPS, belum berhasil dimintai konfirmasi terkait tudingan para peternak lokal tersebut. [balipost.com]