Ketua Urusan Politik dari Partai Demokratik Nasional bagi Pembangunan, Abu Tahay, mengatakan, 12 desa Rohingya menderita akibat kerusuhan antara kaum Rohingya Muslim dan anggota komunitas lain, dan banyak warga Rohingya terpaksa mengungsi.
“Hanya personil militer yang berusaha melindungi kaum Rohingya, tapi tidak cukup, melindungi orang-orang tak berdosa ini,” kata Tahay kepada Radio Australia.

Tahay mengatakan, etnik Rakhine yang Budhist, serta Rakhine Bengali dan anggota-anggota Tentara Pembebasan Arakan telah membakar rumah-rumah Rohingya pada beberapa kesempatan.
Ia mengatakan, Tentara Pembebasan Arakan berharap untuk membentuk negara merdeka “tanpa komunitas Muslim”.
Menurut Tahay, kalangan politisi Myanmar terpecah antara mereka yang ingin menyelesaikan konflik dan mereka yang rasist.
Dikatakannya, pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi mempunyai kewajiban untuk bertindak sebagai putri “pahlawan nasional” Myanmar, Jendral Aung San, yang di tahun 1947 menyatakan bahwa kaum Rohingya adalah warga Myanmar. (sol/rada)