Seratusan jurnalis dari berbagai media cetak, elektronik dan online yang tergabung dalam Forum Jurnalis Medan, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Sumut, Aliansi Jurnalis Independen, Pewarta Foto Indonesia, Forwakes, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia Sumut serta organisasi wartawan lainnya melakukan aksi di Bundaran Bandara Polonia Medan menentang aksi kekerasan terhadap wartawan oleh oknum perwira TNI AU di Pekanbaru, Riau, Rabu (17/10).
Ketua AJI Medan Soetana M Hasibuan menyampaikan orasinya menentang keras sikap oknum TNI AU terhadap jurnalis yang sedang melakukan peliputan saat jatuhnya pesawat tempur TNI AU Hawks 200 di areal pemukiman warga di Kabupaten Kampar Riau, Selasa (16/10) kemarin.
“TNI AU perlu memahami tugas-tugas jurnalistik dan UU Pers No. 40 tahun 1999 yang mengatur tugas dan tanggungjawab jurnalis dalam melakukan peliputan di lapangan,” paparnya.

Aksi para jurnalis diawali dari titik kumpul di Warkop Jurnalis di Jalan H Agus Salim Medan menuju Bandara Polonia Medan. Orasi dan peletakan kartu pers serta kamera dilakukan di Bundaran Polonia Medan.
Selain orasi dari AJI Medan, IJTI, FJM dan FJPI juga menyuarakan hal yang sama. Menentang keras aksi kekerasan oknum TNI terhadap jurnalis.
“Kemarin oknum TNI AU melakukan kekerasan terhadap jurnalis di Riau, lalu besok, lusa atau di kemudian hari bisa saja terjadi di Medan. FJPI secara khusus menyuarakan agar pelaku kekerasan terhadap jurnalis diberikan sanksi dan tindakan tegas,” kata Eko FB.
Setelah menyampaikan orasi di Bundaran Polonia, jurnalis kembali melakukan aksi longmarch melewati kantor Komando TNI AU di Jalan Sudirman Medan.
Di depan kantor Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo Medan jurnalis kembali menyanpaikan orasinya agar TNI AU benar-benar dalam menjalankan tugas, bukan melakukan pemukulan terhadap jurnalis yang sedang menjalankan tugas.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah wartawan yang akan mengambil gambar di lokasi jatuhnya pesawat tempur jenis Hawk 200 milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) di Riau, Selasa (16/10/2012), dihadang dan dipukul oleh oknum TNI AU.
Mereka adalah wartawan TV One yang dipukul dan kameranya disita. Demikian juga dengan Didik dan Rian, fotografer harian Riau Pos dan LKBN Antara. Selain dipukul, kamera keduanya juga disita.
Tidak hanya wartawan yang mengalami tindak kekerasan. Dua mahasiswa Universitas Islam Riau yang mencoba mengambil foto dengan kamera telepon genggam juga ditinju tentara hingga bibirnya pecah. (Mes)