
Sebuah dewan di Iran meminta agar warganya menggelar unjuk rasa selepas shalat Jumat untuk menentang rencana penggabungan Bahrain dengan Arab Saudi.
Rencana tersebut dibahas oleh para pemimpin enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk, GCC hari Senin 14 Mei di Riyadh sebagai langkah pertama dari upaya mengubah blok enam negara itu menjadi sebuah persatuan negara.
Para pemimpin GGC daam pertemuan itu sebenarnya sudah memutuskan bahwa rencana itu masih memerlukan waktu lebih lama lagi.
Namun sebuah dewan, yang biasanya mengorganisir unjuk rasa propemerintah Iran, melihat rencana itu sebagai upaya Amerika Serikat untuk menghadapi umat Syiah di Bahrain, yang sejak tahun lalu menggelar aksi unjuk rasa menentang penguasa Bahrain.
“Rencana berbahaya ini merupakan hasil dari segi tiga Amerika-Zionis-Inggris untuk mencegah unjuk rasa rakyat menyebar ke negara-negara di kawasan dan mengendalikan krisis di Bahrain yang disebabkan oleh ketidakmampuan rezim al-Khalifa mengendalikan situasi,” tulis Dewan Koordinasi Propagasi Iran di situsnya, seperti dikutip kantor berita AFP.
Syiah dan Sunni.
Sebelumnya pemerintah Teheran mengecam rencana penggabungan Bahrain-Arab Saudi dengan mengatakan rencana itu justru akan memperdalam krisis di Bahrain.
“Setiap bentuk campur tangan asing atau rencana yang tidak normatif tanpa menghormati suara rakyat akan memperdalam luka yang sudah ada,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Rahmin Mehmanparast, kepada kantor berita resmi Iran, FARS.
Umat Syiah di Bahrain, yang merasa diperlakukan tidak adil oleh keluarga penguasa al-Khalifa di negara itu, menggelar aksi unjuk rasa sejak Februari tahun lalu untuk menuntut diakhirinya kekuasaan keluarga al-Khalifa.
Diperkirakan sedikitnya 30 orang tewas dalam aksi kekerasan yang mewarnai unjuk rasa di Bahrain.
Pemerintah Teheran berulang kali menyatakan dukungan atas unjuk rasa di Bahrain dan mengecam pengerahan tentara Arab Saudi pada Maret 2011 untuk menghadapi para pengunjuk rasa di Bahrain.
Dewan Kerja Sama Teluk didirikan pada tahun 1981 sebagai upaya bersama untuk meningkatkan keamanan wilayah setelah revolusi Islam Iran tahun 1979 dan perang tujuh tahun Iran-Irak.
Blok negara ini beranggotakan Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Kuwait -yang dikuasai oleh umat Sunni. (bbc)