
Wilayah Indonesia mengalami perubahan. Sayang, tak banyak masyarakat mengetahui wilayah NKRI secara utuh. Praktis, ada kesan seperti tak peduli (Jeeh!). Karenanya, saatnya kementerian terkait menyebarkan peta NKRI ke publik, terutama sekolah-sekolah di Indonesia.
Sesmenko Kesra, Indroyono Susilo, mengakui itu. Ia pun menegaskan, minimal setiap sekolah ada satu peta. “Akan lebih baik lagi jika setiap kelas ada petanya. Jangan lagi ada peta yang sobek seperti film di ‘Laskar Pelangi’ itu,” kata Sesmenko ini usai Rakor Kesra tingkat menteri mengenai Pemanfaatan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Nasional dan Kesejahteraan Rakyat, di Jakarta, Selasa (27/11/12).
Menurutnya, para pelajar kita sudah saatnya melek peta. Setidaknya peta yang melingkupi wilayah mereka berada. Karenanya, penyebaran peta di sekolah-sekolah sangat penting.
Dikatakan, dalam rakor ini, dibahas pemanfaatan hanya satu peta yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang tujuannya untuk menyamakan seluruh aspek pemetaan di Indonesia agar lebih mudah koordinasinya. Misalnya, Kementerian Kesehatan yang lebih mengetahui Puskesmas-puskesmas di Indonesia. Kementerian Agama yang mengetahui jumlah pesantren di wilayah Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengetahui penyebaran sekolah-sekolah di Tanah Air.
“Data-data ini nantinya diserahkan untuk dibuatkan peta yang secara tematik,” tambah sesmen. Sementara itu, Kepala BIG, Asep Karsidi, setuju jika peta disebarkan di sekolah. Melalui peta masyarakat menjadi lebih mengetahui jati diri bangsanya. Jika tidak mengetahui wilayah NKRI, bagaimana bisa menjaga keutuhan negara.
“Kapan terakhir Anda lihat peta NKRI, paling waktu sekolah. Itu pun hanya peta secara umum yang hanya ada warna birunya. Padahal, wilayah kita ini berkembang luas,” katanya. Sesuai UU no. 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, BIG mengatur penyelenggaraan IG di Indonesia. UU ini menjamin ketersediaan dan kemudahan akses IG yang dapat dipertanggungjawabkan.
“BIG menjadi lembaga yang tidak hanya mengkoordinasikan kegiatan survei dan pemetaan untuk menghasilkan peta, namun lebih dituntut pula kepada hasilnya sebagai sumber informasi geospasial yang dapat dimanfaatkan secara optimal,” katanya.
Dengan begitu, lanjutnya, program pembangunan nasional direncanakan dan dilaksanakan secara tepat lokasi dan tepat sasaran. BIG sendiri sudah banyak menghasilkan peta, termasuk peta untuk tuna netra. Karenanya diharapkan produk peta ini dapat dimanfaakan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat. |