Bandung – Salah satu bukit di Desa Mukapayung Kecamatan Cililin longsor. Gerakan tanah menurun cepat dan menyapu permukiman warga. Diduga 10 rumah permenen serta nonpermanen dan satu masjid tertimbun. Belasan orang terkubur hidup-hidup.
Sekitar pukul 05.30 WIB, Senin (25/3/2013), malapetaka melanda RT 4 RW 7, Dusun Lembang, Kampung Nagrok, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dua jam sebelum bencana longsor, hujan deras mengguyur daerah tersebut. Daerah ini termasuk zona merah rawan bencana longsor.
Cucu (44) bersiap menyambut mentari pagi. Kabut masih menggelayut di lokasi dataran tinggi itu. “Saya membuka pintu, lalu menuju ke luar rumah,” ucap pria berkumis ini membuka obrolan.
Istri dan dua anaknya memilih berdiam di dalam rumah bertembok bilik ini. Sambil berdiri, Cucu memandang ke segala sudut mata angin. Tepat di samping kanan rumahnya atau arah timur, bertengger satu bukit. “Warga menyebutnya Bukit Dipatiukur,” jelasnya.
Tanda-tanda petaka terasa beberapa menit sebelum musibah datang. Cucu tidak ngeh. Ia hanya melihat sejumlah pohon di halaman rumah gerak-gerak dan akhirnya tumbang. “Lima menit kemudian, saya melihat langsung kondisi tanah bukit longsor. Terdengar suara gemuruh pergerakan tanah,” tambah Cucu.
Sekejap tanah cokelat dan lumpur menenggelamkan rumah-rumah berpenghuni. Situasi hening. Cucu terperanjat kaget. “Astaqfirullah. Saya ke dalam, terus menyuruh keluarga segera lari menjauh dari rumah,” terangya.
Maut luput menerkam Cucu dan keluarganya. Hatinya menjerit menatap sejumlah rumah tetangga yang berjarak empat meter dari pintu rumahnya tiba-tiba lenyap di hadapan mata. “Tidak ada sama sekali firasat apapun. Bersyukur rumah tak tertimbun longsor. Alhamdulillah, Allah melindungi keluarga saya,” tuturnya sambil berulang kali mengelus dada.
Wakil Ketua Komis C DPRD Kabupaten Bandung Barat, Taufikurohman, terkejut bukan kepalang mendengar tragedi di Kampung Mukapayung. Sebagai mantan Kades Mukapayung, Tufik bergegas menyambangi lokasi kejadian.
“Enggak menyangka akhirnya seperti ini. Orang-orang yang tertimbun itu, dulunya warga saya,” jelas Taufik yang kini menjabat Wakil Ketua Komisi C DPRD KBB.
Menurut Taufik, tanah yang longsor diperkirakan 500 meter dan imbasnya menutup lahan di bawah bukit yang luasnya sekitar empat hektare. “Turut berduka cita dengan musibah ini,”jelasnya.
Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD KBB, Basarnas, relawan, dan dibantu warga sekitar, mencari korban yang tertimbun.
“Sesuai protap, masa waktu tanggap bencana berlangsung selama tujuh hari. Petugas terus berusaha mencari tubuh para korban. Walau proses pencarian dilakukan manual menggunakan pacul dan sekop. Jadi tanpa bantuan kendaraan alat berat untuk menggali dan mengeruk tanah,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat Maman Sulaiman. [dtc]