Jepang memperingati dua tahun tsunami dahsyat yang menghantam pesisir timur laut negara itu, menewaskan hampir 19-ribu orang.
Gempa berkekuatan 9 skala Richter menimbulkan serangkaian tsunami hebat dengan gelombang sampai setinggi 40 meter, yang meratakan desa-desa, menghancurkan atau merusah sejuta rumah.
Hampir 19-ribu orang tewas setelah gelombang tsunami menghantam pantai timur laut Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 itu, dan hingga kini sekitar 3-ribu orang lagi masih belum ditemukan.
Lebih dari 300-ribu orang korban bencana itu masih tinggal di tempat penampungan sementara.

Gelombang tsunami itu juga menyebabkan kerusakan PLTN Fukushima, menimbulkan krisis nuklir terburuk dalam seperempat abad yang menimbulkan kerugian puluhan milyar dollar.
Walaupun telah terungkap bahwa operator PLTN itu sudah diperingatkan mengenai ancaman tsunami itu dan investigasi oleh parlemen Jepang mendapati bahwa bencana itu adalah kesalahan manusia, belum ada yang dikenai dakwaan sehubungan dengan bencana nuklir itu.
Kemarin digelar rally anti-nuklir di berbagai kota di Jepang, menyerukan kepada pemerintah yang baru agar penggunaan PLTN dihentikan.
Puluhan ribu orang berkumpul di taman Hibiya di pusat kota Tokyo, dimana para aktivis dan anggota serikat buruh memenuhi suatu gedung konsert untuk menyuarakan tentangan mereka.
Rally-rally serupa digelar di tempat-tempat lainnya di Tokyo dan di seluruh negeri, dimana media melaporkan ada 150 event anti-nuklir yang rencananya akan digelar akhir pekan dan Senin ini.
Para demonstran menyerukan kepada Perdana Menteri Shinto Abe agar membongkar semua PLTN.
Jepang mematikan 50 reaktornya yang stabil setelah bencana tsunami tadi, tapi menghidupkan lagi dua diantaranya dengan alasan menghadapi kemungkinan kekurangan listrik di musim panas. (abc/sol)