Pelindo I sebagai perusahaaan milik negara yang bergerak di bidang jasa pelabuhan, tidak hanya berbasis bisnis yang mencari keuntungan semata, tapi juga peduli terhadap masyarakat melalui program-program yang menyentuh masyarakat sekitar.
Oleh : James P. Pardede.
Jika ingin berkembang lebih pesat, sebuah perusahaan pastilah akan melakukan inovasi yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan. Inovasi juga penting bagi seluruh perusahaan pada semua skala usaha. Mulai dari yang berskala mikro, kecil, menengah, besar sampai besar sekali. Memang ada persepsi umum bahwa inovasi biasanya lebih nampak ketika perusahaan masih baru dan berskala belum besar, yang kemudian terdegredasi ketika perusahaan menjadi makin dewasa dan besar. Inovasi merupakan penggerak, pendorong, mempercepat dan pemberi energi untuk mengakselerasi pertumbuhan perusahaan.
Bahkan boleh dikatakan, tanpa inovasi tidak akan terjadi pertumbuhan yang berkelanjutan. Inovasi bisa berwujud pada dihasilkannya produk, layanan, sistem, teknologi, tata kelola atau komunikasi baru. Inovasi menjadi satu keharusan bagi perusahaan pemberi jasa layanan seperti yang dilakukan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I yang berkantor pusat di Medan.
PT (Persero) Pelindo I merupakan salah satu BUMN yang mengelola jasa pelabuhan di Indonesia bagian barat. PT Pelindo I memiliki wilayah operasi di empat provinsi yang meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau daratan dan Riau Kepulauan mempunyai peluang strategis karena letaknya di Pulau Sumatera bagian Utara yang kaya dengan produk perkebunan dan industri turunannya.
Ditambah lagi, letaknya yang strategis menghadap Perairan Selat Malaka, wilayah pelayanan Pelindo I merupakan alur pelayaran terpadat di dunia. Selain itu, juga bertetangga langsung dengan negara-negara maju, seperti Malaysia dan Singapura.
Sebagai titik temu antar modal transportasi darat dan laut, peranan pelabuhan menjadi sangat vital dalam mendorong pertumbuhan perekonomian terutama daerah hinterland—nya. Pelabuhan menjadi tempat perpindahan barang dan manusia dalam jumlah massal. Hadirnya pelabuhan pada suatu daerah akan lebih menggairahkan perputaran roda perekonomian, berbagai jenis usaha akan tumbuh mulai dari skala kecil sampai dengan usaha skala internasional, harga-harga berbagai jenis produk akan lebih terjangkau mulai dari produksi dalam negeri sampai dengan luar negeri.
Kehadiran sebuah pelabuhan juga akan membuka cakrawala dalam membuka peluang usaha baru, membuka ruang-ruang bagi tumbuhnya produk-produk baru dari potensi daerah. Selama berada di pelabuhan, tentu para awak kapal akan turun dan melihat keindahan dan keramahan para penduduk kota-kota yang disinggahinya, berbelanja berbagai jenis kebutuhan untuk pelayaran selanjutnya.

Bercermin dari keberhasilan beberapa negara, seperti negeri jiran memiliki kawasan industri modern yang dibangun Diraja Malaysia di Trengganu. Sepertinya tidak mau ketinggalan melihat keberhasilan negara Malaysia yang membangun kawasan industri modern, pemerintah juga membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) pertama di Indonesia yang juga berada di pinggir Selat Malaka. Proyek yang dirancang untuk industri besar dengan teknologi tinggi itu, secara tidak langsung juga mengangkat usaha kecil dan menengah menjadi pendukungnya. Perkembangan perekonomian bakal meningkat di Sumut karena akan menjadi pintu gerbangnya Indonesia bagian Barat.
Guna mewujudkan impian itu, pemerintah secara bertahap telah menyiapkan semua perangkat pendukungnya, mulai dari pembangunan Bandara Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang, Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara dan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan jalur darat dari tiga proyek tersebut.
Direktur Utama PT Pelindo I, Alfred Natsir dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa pihaknya sangat mendukung Pelabuhan Kuala Tanjung menjadi persinggahan internasional mengingat Pelabuhan Belawan tidak bisa lagi dikembangkan.
Pelindo sendiri berkomitmen menginvestasikan Rp 2 triliun untuk mengembangkan Kuala Tanjung. Rencananya, Pelindo I akan membangun terminal curah cair untuk pemuatan CPO ke kapal. Selanjutnya, menyusul pembangunan dermaga peti kemas. Saat ini, tersedia dermaga alam sepanjang 20 kilometer di Kuala Tanjung yang mampu menampung 25 juta teus peti kemas/tahunnya.
Dengan penambahan dermaga diharapkan Pelabuhan Kuala Tanjung bisa melayani pengiriman barang untuk domestik maupun ekspor dari kawasan ekonomi khusus (KEK) Sei Mangke. Karena, selama ini pemuatan CPO asal Aceh dan Sumut untuk ekspor hanya tertumpu melalui Pelabuhan Belawan, sehingga terjadi kepadatan kapal yang menyebabkan antrian kapal (kongesti) cukup tinggi.
Permintaan sandar kapal yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Selain itu, tingkat sendimentasi yang tinggi menjadikan pelabuhan yang berada di pinggiran Kota Medan membutuhkan pengerukan dan dana yang besar setiap tahunnya.
Konsep dan Program Terpadu
Salah seorang pengguna jasa pelabuhan Belawan dan BICT Rion Aritonang menegaskan bahwa sampai hari ini hubungan kerjasamanya dengan Pelindo I tetap berjalan baik. Walaupun di beberapa kesempatan masih memiliki kekurangan-kekurangan dan beberapa pengusaha masih memiliki keluhan dengan pelayanan saat ini.
“Kita tetap percaya bahwa Pelindo I akan terus melakukan inovasi-inovasi untuk meminimalisir keluhan-keluhan dari konsumen pengguna jasa pelabuhan. Keluhan masih seputar masalah antrian kapal (kongesti) dan masih kurangnya peralatan penunjang semisal ganty crane ,” tegasnya.
Karena, lanjutnya, kalau crane yang ada rusak akan berbuntut tak mengenakkan bagi pengguna jasa. Pasalnya, pengusaha mengeluhkan kongesti (panjangnya waktu antrian) kapal di pelabuhan ketiga terbesar di Indonesia itu semakin panjang. Pengusaha pun harus menanggung beban biaya bertambah besar.
“Pelindo I harus belajar dari beberapa keluhan konsumen. Karena, apabila terjadi kerusakan para eksportir dan pengusaha akan menanggung kerugian lantaran terkena denda oleh buyer, akibat keterlambatan pengiriman barang. Selain itu, biaya antrian kapal pun bertambah, yang tadinya hanya 2 hari menjadi 4 hari. Padahal, eksportir mesti mematuhi waktu pengiriman barang sesuai kontrak,” kata Rion Aritonang.
Inovasi dan pelayanan memang harus sejalan, itu sebabnya untuk mengoptimalkan pembangunan infrasturktur pelabuhan di Sumut, mutlak didukung konsep dan program terpadu yang jelas dan terarah. Ini adalah sebuah bentuk inovasi yang diprogramkan Pelindo I dalam menyahuti kebutuhan konsumen pengguna jasa pelabuhan.
Jasa pelabuhan yang ditawarkan Pelindo I tidak hanya berkutat di terminal peti kemas, kapal tunda atau kapal pandu. Program pendukung lainnya juga harus dijalankan secara berkesinambungan. Pelindo I sebagai perusahaaan milik negara yang bergerak di bidang jasa pelabuhan, tidak hanya berbasis bisnis yang mencari keuntungan semata, tapi juga peduli terhadap masyarakat melalui program-program yang menyentuh masyarakat sekitar.
Cita-cita Pelindo I untuk menjadi pelabuhan bertaraf internasional sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Antara lain dengan inovasi-inovasi yang telah dijalankan dan diprogramkan. Hanya saja, terobosan dan inovasi akan tidak maksimal jika tidak diikuti dengan kualitas pelayanan. Untuk hal ini, Pelindo I harus mempersiapkan SDM-SDM berkualitas dan handal yang bersentuhan langsung dengan konsumen agar memberikan pelayanan dengan sepenuh hati.
Menteri Negera Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan pernah menegaskan bahwa kesatuan enam pelabuhan nasional merupakan kekuatan besar, ini juga sebagai salah satu bentuk inovasi menjadikan pelabuhan bertaraf internasipnal. Untuk itulah Pelindo I, II, III, dan IV akan bergabung mewujudkan rencana tersebut. Setidaknya, data 2011 menunjukkan Pelabuhan Shanghai (China) masih menduduki peringkat pertama dengan lalu lintas pemuatan kargo sebanyak 29 juta Twenty Equivalent Units (TEUs). Setelah Shanghai disusul oleh Ningbo-Zhoushan (China), Singapura, dan Rotterdam (Belanda).
Kekuatan yang dimaksud Dahlan dengan kesatuan enam pelabuhan dapat dilihat dari beberapa rencana menjadikan pelabuhan di Indonesia bisa menduduki peringkat terbaik di tingkat dunia. Pelabuhan Belawan misalnya, yang sebelumnya berkapasitas 1,2 juta TEUs dikembangkan menjadi 2 juta TEUs, Pelabuhan Tanjungsauh (Batam) ditargetkan 4 juta TEUs, Pelabuhan Tanjungpriok (Jakarta) berkapasitas 3,4 juta TEUs menjadi 6 juta TEUs, Tanjungperak (Surabaya) 1,3 juta TEUs, Pelabuhan Makassar 550 ribu TEUS menjadi 1,1 juta TEUs , dan Sorong yang ditarget 700 ribu TEUs. Dengan kata lain, dari enam pelabuhan itu akan dicapai kapasitas 15,1 juta TEUs.
Jika pembangunan dan perluasan ke-6 pelabuhan nasional ini selesai, yang ditargetkan selesai 2014, maka ke-6 pelabuhan nasional ini akan menggeser posisi pelabuhan Rotterdam (Belanda), yang saat ini menjadi pelabuhan terbesar di seluruh Eropa. Menariknya, ini belum termasuk Pelabuhan Kuala Tanjung yang ditargetkan berkapasitas 22 juta TEUs.
Humas Pelindo I M Eriansyah mengatakan bahwa tren pertumbuhan volume kontainer sangat kuat saat ini. Hal itu didukung letak strategis geografis terminal kontainer Pelabuhan Belawan di Selat Malaka, yang merupakan selat tersibuk di dunia.
“Saat ini terminal container Pelabuhan Belawan memiliki 11 unit Container Crane (CC), 26 unit Rubber Gantry Crane (RTG), 2 unit Harbour Mobile Crane (HMC), 10 unit Reach Stacker, 3 unit Side loader, 55 unit Head truck serta 56 unit Chasis,” jelasnya.
Menyikapi makin tingginya arus ekspor dan impor, lanjut Eriansyah Pelindo I akan terus melakukan upaya peningkatan produktivitas pelayanan bongkar muat di Belawan. Termasuk juga pembangunan perpanjangan dermaga BICT yang bertujuan untuk lebih mengoptimalkan kinerja pelayanan bongkar muat peti kemas dari 1,3 juta twenty equivalent units (TEUs) menjadi dua juta TEUs per tahun.
Selain memperluas dermaga, pihaknya juga akan menambah sejumlah peralatan pendukung yang dapat memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasa pelabuhan. Sejalan dengan inovasi-inovasi yang dilakukan Pelindo I termasuk di Pelabuhan Belawan, optimalisasi segala bentuk pelayanan juga harus dilakukan sejalan agar berperan lebih maksimal menjawab geliat perdagangan di kawasan Selat Malaka.
Karena, Selat Malaka dewasa ini merupakan salah satu jalur maritim tersibuk dunia yang dilalui lebih dari 50.000 unit kapal setiap tahun. Inovasi-inovasi sah-sah saja diprogramkan dan dilakukan, tapi Pelindo I jangan sampai melupakan peningkatan pelayanan dan kepedulian terhadap masyarakat melalui program CSR dan bina lingkungan.