
KEKALAHAN partai politik Islam dalam pemilu di Indonesia karena mereka meninggalkan pengejawantahan nilai-nilai universalitas Islam.
Demikian diungkapkan peneliti dan kandidat doktor dari Universitas Paramadina Jakarta, Suratno, dalam roundtable discussion bertajuk Political Islam: from North Africa to Southeast Asia yang diadakan KBRI Bern, Sabtu waktu setempat.
“Mereka kalah karena meninggalkan nilai-nilai Islam yang substantif seperti kesejahteraan, keadilan, kemajuan, kesetaraan melalui panggung politik di Indonesia,“ kata Suratno sebagaimana dikutip Koran Media Indonesia.
Dia mengatakan kaum muslim Indonesia mayoritas sudah bisa menarik pembeda yang tegas antara Islam simbolis dan jargon semata dengan Islam substantif yang lebih bisa dirasakan maslahat dan manfaatnya dalam kehidupan mereka.
Pada diskusi itu terungkap bahwa dalam suatu negara dengan penduduk mayoritas muslim, partai politik atau kelompok yang berkuasa akan memanfaatkan isu-isu yang memiliki nilai keislaman. Hal itu digunakan untuk menarik suara dalam pemilu ataupun untuk mempertahankan kekuasaannya.
Suratno menyebutkan penetapan sistem nilai yang tidak bersifat universal atau mengayomi seluruh unsur masyarakat, baik oleh partai politik maupun oleh pihak yang berkuasa, akan membuat negara menjadi lemah, perpolitikan menjadi rapuh, dan rentan terhadap konflik.
Konsolidasi Pada kesempatan terpisah, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta yang sedang mengadakan konsolidasi partai itu untuk pemilih di luar negeri menyebutkan partainya tidak berorientasi pada kekuasaan semata. Saat ini seluruh komponen PKS mempertegas program kerjanya, yakni menjalankan misi kemanusiaan global.
“Kerja kita beyond politics, menjalankan misi kemanusiaan, membangun peradaban global,“ kata Anis.
Pernyataan tersebut disampaikan Anis dalam konsolidasi pengurus dan kader perwakilan PKS sedunia yang digelar di atas kapal di Selat Bospho rus, Turki, selama 2 jam.
Konsolidasi jaringan internasional itu yang pertama kali dilaksanakan sejak PKS berdiri ini, terselenggara di dua benua, yaitu Asia dan Eropa.
Mantan Sekjen PKS itu meminta semua elemen PKS tidak mengecilkan kemampuan diri sendiri.
Menurut dia, jumlah penganut Islam sekarang berada di papan atas dunia dan mengalami perkembangan pesat di seluruh pelosok negeri, termasuk di Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut Anis, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Sepatutnya Indonesia ke depan harus menjalankan fungsi sebagai big brother bagi seluruh bangsa di dunia.
Dia mengatakan terdapat tiga pekerjaan rumah global yang perlu dijalankan Indonesia secara umum, dan PKS khususnya, yaitu memperjuangkan demokrasi, perdamaian dan keadilan, serta mewujudkan kesejahteraan global.
Atas ruang lingkup persoalan dimaksud Anis akan mengusulkan pembentukan forum partai-partai Islam sedunia.
“Mudah-mudahan, forum bersama dapat dikukuhkan dalam waktu dekat. Kita harus melawan penilaian bahwa partai-partai Islam tidak mampu memimpin dan bekerja untuk misi-misi skala nasional di negara masing-masing hingga internasional,“ tandas mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu.(mi/sol)