
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintahkan Kementerian Kehutanan dan Polda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk menyelidiki pembunuhan gajah di Aceh Jaya, NAD.
Melalui akun Twitter @SBYudhoyono, Senin (15/7), Presiden SBY mengaku terkejut dengan tewasnya gajah di Aceh secara mengenaskan. Presiden menilai, pembunuhan itu merupakan perilaku yang tidak bertanggung jawab di bulan Ramadan.
“Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan Polda Aceh sedang melakukan penyelidikan. Saya telah instruksikan untuk menindak pelakunya. Cegah, jangan sampai terjadi lagi,” tulis SBY.
Sebagaimana diberitakan media massa sebelumnya, seekor gajah dewasa mati secara tragis dengan kondisi leher putus setelah terjebak ranjau besi di Desa Ranto Sabon, Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya, Sabtu (13/7). Ranjau besi yang diduga sengaja dipasang seseorang di sebatang pohon besar itu jatuh mengenai bagian kepala/leher gajah tersebut hingga putus.
Komandan Polhut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Jaya, Armidi SHut, Sabtu (13/7) mengatakan, kematian satu ekor gajah di Desa Ranto Sabon diduga akibat terkena ranjau besi yang berat dan sangat tajam. Ranjau yang dipasang di atas pohon kayu besar di pinggir sungai kawasan Desa Ranto Sabon itu jatuh tepat di bagian kepala gajah hingga putus. Kedua gading gajah hilang yang diduga diambil oleh pelaku yang memasang ranjau.
Gajah yang jadi korban ranjau itu merupakan salah satu gajah dewasa yang berumur sekitar 30 tahun. Menurutnya, gajah tersebut sudah sangat dikenal oleh masyarakat di kawasan Ranto Sabon dan sekitarnya yang sering disebut-sebut sebagai gajah geng (pemberani). Karena gajah tersebut setiap kali berjumpa dengan warga (termasuk dengan Komandan Polhut) tidak lari meski digiring dengan letusan mercon.
Menurut Armiadi, ranjau pembunuh yang dipasang di pohon kayu berhasil dipindahkan pelaku sehingga ketika anggota Polhut dan anggota CRU ke lokasi tidak menemukan lagi benda berbahaya itu. “Kita berharap Pemerintah Aceh bersama BKSDA untuk segera mencari solusi penanggulangan gajah liar yang semakin banyak saat ini di Aceh Jaya. Masyarakat semakin diresahkan dengan gangguan gajah liar,” kata Armiadi seperti dikutip Serambi. (sol)