Sidoarjo – Sudetan tanggul lumpur yang dibuat warga korban lumpur Lapindo pada Rabu (1/5/2013) kemarin akhirnya ditutup. Penutupan dilakukan setelah ada kesepakatan antara warga dengan BPLS.
“Selain mengalirkan air, ternyata sudetan itu mengalirkan lumpur panas yang berbahaya,” kata Dwinanto kepada detikcom, Kamis (2/5/2013).
Humas BPLS itu mengatakan, lumpur panas itu diketahui ikut mengalir bersama air di malam hari sekitar pukul 22.00 WIB. Sudetan itu juga mengganggu kestabilan tanggul.
Tanggul yang terbuat dari sirtu bakalan tergerus air dan lumpur panas jika dibiarkan. Dan jika terus dibiarkan, tentu saja ada kemungkinan tanggul akan jebol dan membanjiri Jalan Raya Porong Lama dan rel kereta.
BPLS kemudian mengajak warga untuk berunding di Polsek Porong. Pada akhirnya kedua belah pihak bersepakat untuk menutup sudetan. Namun dalam pertemuan itu diketahui juga jika BPLS telah mengalirkan air dari sejumlah titik di Desa Mindi dan Pejarakan.
Padahal warga sudah melarang BPLS melakukan kegiatan apapun terhadap tanggul, termasuk mengurangi volume tanggul. BPLS pun pada akhirnya sepakat menutup aliran tersebut.
Kondisi tanggul sendiri sudah kritis. Volume air dan lumpur sudah memuncak dan hampir rata dengan bibir tanggul. Namun warga tak ambil peduli dan sudah pasrah. Sepasrah Minarak Lapindo Jaya (MLJ) yang tak kunjung melunasi ganti rugi warga.
“Kami sudah pasrah. Kalau mau meluber, biar meluber kemana-mana lumpurnya,” ujar salah satu warga, Zainul Arifin.
Warga sendiri masih bersabar setidaknya hingga akhir Mei. Bila tak ada petunjuk terang hingga akhir Mei, maka warga akan menutup sumur Lapindo di Porong. [dtc]