
Hamparan gambut yang mahaluas di Kabupaten Labuhan Batu dan Labuhan Batu Utara telah beralih menjadi kebun sawit. Sepanjang perjalanan dari Medan ke Labuhan Batu, rute yang dilalui kereta api Sri Bilah membelah deretan kebun kelapa sawit dan karet. Di sela-sela, tampak perkampungan.
Tepat pukul 14.07, kereta berhenti di Stasiun Rantau Prapat, Labuhan Batu. Dari situ, perjalanan dilanjutkan dengan motor bersama Ketua Serikat Buruh Perkebunan Indonesia (SBPI) Labuhan Batu, Ishak. Dua jam lebih, pemandangannya monoton. Hanya ada kebun sawit.
Sampai di perkebunan milik PT Serba Huta Jaya, grup Bumi Waras, lima buruh termasuk petugas keamanan kebun sudah menyambut.
Masing-masing punya persoalan yang ingin diutarakan. Pujianto, 43, dan istrinya Tursina Wati mengeluhkan ketersediaan air bersih yang tak mencukupi kebutuhan keluarga.
Untuk mengusir dahaga, keluarga tersebut kini harus membeli dari pengecer air minum seharga Rp 8.000 – Rp 10.000 per galon berkapasitas 19 liter.
“Kami sudah menggali sumur sedalam 6 meter, tetap saja airnya tidak layak konsumsi. Air bau dan hanya bisa digunakan untuk mandi, cuci, dan kakus,” urai Tursina yang sehari-hari bekerja sebagai buruh penyemprotan.
Sulit air bukan cuma problem buruh di perkebunan sawit PT Serba Huta Jaya. Di kawasan hutan sawit milik grup Asian Agri, PT Andalas Inti Agro Lestari, persoalannya juga serupa.
Yunus Laia, buruh di perkebunan tersebut, menyampaikan bahwa persoalan air bersih kini berada di urutan pertama problem rumah tangganya. Selanjutnya yaitu masalah kenaikan upah.
Menurut Yunus, dulu biasanya perusahaan menyalurkan air bersih ke rumah-rumah. Namun, lama-kelamaan, kebersihan sumber air ke rumah buruh terabaikan. Akibat kondisi tersebut, beberapa buruh berinisiatif menampung air hujan. “Kalau kita lihat langsung penampungan air, kondisinya sangat kotor dan bau. Kita takut kalau minum air kotor, bisa menyebabkan sakit-penyakit bagi keluarga,” kata dia.
Sama halnya dengan sanitasi. Fasilitas WC sudah lama rusak, khususnya di rumah-rumah tua yang dihuni oleh buruh. Untuk buang air, beberapa buruh terpaksa berlari ke areal perkebunan sawit.
Humas Asian Agri Lidia Veronika saat dihubungi lewat selularnya hanya menjawab singkat, bahwa secara berkala perusahaan melakukan serangkaian uji laboratorium terhadap air bersih bagi buruh perkebunan. (James P. Pardede – Kontributor SWATT Online di Medan, Sumatera Utara).
