Sebanyak 68.716 anak dari 206.426 anak di Kalimantan Selatan (Kalsel) tidak melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah menengah pertama antara lain karena terkait masalah budaya dan lebih memilih mencari uang. Tim peneliti Balitbangda Pemprov Kalsel Hidayat di Banjarmasin, Kamis (21/10), mengatakan, sebagian besar anak usia 13-15 tahun memilih tidak melanjutkan sekolah karena budaya di daerah sekitar yang menganggap pendidikan kurang penting.
“Banyak orang tua di beberapa daerah di Kalsel berprinsip bahwa tujuan sekolah untuk mencari uang, sehingga dari pada nanti lebih baik mencari uang sekarang dan tidak perlu sekolah,” katanya.
Selain itu, kata dia, faktor geografis juga menjadi kendala cukup besar bagi anak-anak untuk bisa mendapatkan hak pendidikan yang layak. Menurut Hidayat, banyak anak yang tinggal di daerah pegunungan maupun pesisir sulit mendapatkan akses pendidikan karena jarak yang cukup jauh.
Sementara bila mau didirikan gedung sekolah di daerah tersebut juga tidak efektif karena jumlah anak yang akan sekolah sedikit dan kurang dari 10 anak. Seperti di Kabupaten Kotabaru, banyak daerah yang terpisah dengan daerah lainnya, sehingga akses menuju lokasi tersebut juga sulit. Dengan demikian banyak anak yang belum tersentuh pendidikan.
Data sementara, daerah dengan angka partisipasi murni (APM) pendidikan tingkat SD/MI paling rendah di Kabupaten Balangan 89,12 persen, padahal target di atas 90 persen dan Hulu Sungai Utara (HSU) 91,77 persen. Beberapa daerah seperti Balangan, kata dia, saat ini mencoba mengantisipasi dengan mendirikan sekolah-sekolah kecil untuk menjangkau pendidikan hingga pelosok.
Sedangkan APM untuk SMP/MTS, hampir seluruh daerah berada di bawah target 90 persen seperti APM SPM/MTS Kabupaten Banjar hanya 54,11 persen. Padahal letaknya tidak jauh dari pusat kota Provinsi Kalsel. Menurut dia, anak yang belum mendapatkan layanan pendidikan dasar tingkat SD/MI usia 7-12 tahun sebanyak 18.880 anak dari sekitar 401.698 anak di daerah itu.
Di sisi lain, terdapat 2.003 anak atau 0,62 persen yang berusia 7-12 tahun berhenti sekolah pada jenjang SD/MI dan 3.761 lainnya atau 2,27 persen anak usia 13-15 tahun tidak menyelesaikan sekolah SMP/MTs. “Dengan demikian, ada indikasi terabaikannya hak anak untuk mendapatkan pendidikan dasar,” katanya.
Kepala Dinas Balitbangda Suryatinah mengatakan, data-data tersebut merupakan data sementara. Pihaknya perlu melakukan konfirmasi data yang lebih valid dengan kabupaten dan kota. “Bila data yang kita kumpulkan sudah dicocokkan dengan data kabupaten dan kota, baru akan kita ekspos secara resmi,” katanya.
Sumber: republika.co.id