
Jakarta – Gunung Sindoro yang selama ini dinyatakan tidak aktif (mati), kembali menggegerkan warga sekitar. Gunung di perbatasan Kabupaten Temanggung dan Wonosobo ini dalam beberapa hari ini terlihat aktif dengan memunculkan kawah-kawah baru.
Fakta itu muncul setelah belasan mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang melakukan penelitian kawasan gunung kembar ini. Kepala Resor Pemangku Hutan (RPH) Jumprit, Muchtasori, mengatakan, pihaknya telah mendengar informasi terkait aktivitas Gunung Sindoro selama beberapa hari terakhir. Kepulan asap tersebut muncul dari 9 titik yang berada di kawasan puncak Sindoro.
“Menurut informasi yang saya peroleh dari hasil penelitian mahasiswa ITB, ada 9 titik kawah baru yang muncul,” kata Muchtasori, kepada wartawan, Selasa (15/11/2011).
Muchtasori menjelaskan masing-masing kawah mengeluarkan asap tebal, namun tidak disertai gas beracun seperti yang terjadi di Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Diduga, asap tersebut berasal dari aktivitas dapur magma gunung dengan ketinggian 3.150 meter dpl ini.
“Kami belum mempunyai data lengkap terkait informasi tersebut, data yang kami peroleh masih dangkal,” lanjut Muchtasori. 9 titik yang mengeluarkan asap tersebut masuk wilayah BKPH Wonosobo. Namun potensi meluas ke BKPH Temanggung, khususnya wilayah RPH Jumprit dan RPH Kwadungan sangat mungkin.
“Sebenarnya puncak tidak ada batasan masuk wilayah mana, tetapi kecenderungannya masuk ke wilayah Wonosobo,” lanjut Muchtasori. Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kawah Kembang. Sebuah kubah lava kecil menempati puncak gunung berapi. Hutan di kawasan Gunung Sindoro mempunyai bertipe hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Sejarah letusan Gunung Sindoro yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik). Terakhir Gunung Sindoro mengalami letusan pada tahun 1971 dengan skala ringan. Potensi terjadi letusan masih mungkin dan bersifat eksplosif karena dapur magma telah tertutup lapisan tanah dan bebatuan gunung. |dtc|