Dalam ajang pertemuan para pemimpin dunia beberapa waktu lalu, Presiden Barack Obama mengatakan bahwa ancaman keamanan terbesar adalah upaya Al-Qaeda untuk mendapatkan senjata nuklir. Obama ingin para pemimpin untuk mengambil tindakan darurat dan memerangi upaya tersebut.
Berbicara pada malam hari pelaksanaan konferensi 47 negara di Washington yang bertujuan untuk menghalangi “terorisme nuklir,” mengatakan bahwa dirinya mengharapkan ada “perkembangan yang amat besar” dalam konferensi tersebut guna mengamankan materi nuklir di seluruh dunia.
“Yang jadi fokus utama konferensi nuklir ini adalah fakta bahwa ancaman terbesar bagi keamanan Amerika serikat (AS) – baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang – adalah kemungkinan organisasi teroris mendapatkan senjata nuklir,” kata Obama kepada para wartawan.
“Kami tahu bahwa kelompok seperti al-Qaeda tengah berupaya mendapatkan senjata nuklir – senjata pemusnah massal yang bisa mereka gunakan tanpa penyesalan,” lanjut Obama.
Sementara itu, Asisten Presiden untuk Keamanan Dalam Negeri dan Penasihat Kontraterorisme Amerika John Brennan, mengatakan bahwa kelompok al Qaeda yang berbasis di Yaman merupakan ancaman yang lebih besar bagi orang Amerika daripada kelompok Osama bin Laden yang berbasis di Pakistan.
Kelompok yang berbasis di Yaman, al Qaeda di Semenanjung Arab, lanjut Brennan, “semakin aktif” dalam menjangkau untuk menemukan merekrut teroris, bahkan di Amerika Serikat.
“Al Qaeda di Semenanjung Arab sekarang adalah yang paling operasional aktif dari jaringan al Qaeda di tempat lain,” kata Brennan dalam forum di Carnegie Endowment for International Peace.
“Para jajaran al Qaeda telah didukung oleh anggota dengan ikatan dengan Barat, atau dengan kewarganegaraan Amerika, seperti Anwar Al-Awlaki,” katanya. “Memang, al Qaeda berusaha untuk menarik tidak hanya orang Barat atau Amerika di luar negeri, tetapi orang Amerika di Amerika Serikat.”
Perlu diketahui, Al-Awlaki adalah Muslim kelahiran Amerika yang pindah ke Yaman dan telah menjadi tokoh kunci dalam AQAP. Dia telah dikaitkan dengan tersangka dalam pembantaian Fort Hood dari 13 orang tahun lalu, serta tersangka dalam tahun lalu saat Hari Natal mencoba melakukan “pemboman pakaian,” di mana seorang pria diduga mencoba meledakkan sebuah bom yang dijahit alat peledak ke celananya saat penerbangan menuju Detroit.
Pernyataan Brennan datang sehari setelah rilis Afghanistan tahunan/ review Pakistan dan garis pandang Presiden Barack Obama tentang ancaman Al Qaeda dari basis Pakistannya.
“Ini akan memakan waktu untuk akhirnya mengalahkan al Qaeda, dan tetap membungkuk musuh kejam dan tangguh menyerang negara kita,” kata Obama
Al Qaida di Semenanjung Arab belakangan ini menjadi ancaman teror bagi kepentingan AS
Yaman memperketat keamanan di semua bandara bulan lalu di setelah rencana untuk mengirim bom dari Yaman ke Amerika Serikat yang tersembunyi di dalam bagian-bagian printer, negara Nasional Komite Keamanan Penerbangan Sipil mengatakan. AQAP mengaku bertanggung jawab atas plot bom gagal tersebut.
Sekutu utama Amerika dalam pertempuran melawan AQAP adalah pemerintah pusat Yaman. Brennan menggambarkan pertemuannya dengan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh sebagai “animasi.”
Musim dingin lalu, Departemen Pertahanan AS mengumumkan rencana untuk meningkatkan bantuan militer itu mengirimkan Yaman dari $ 70 juta untuk $ 150 juta. Dan kabel diplomatik baru-baru ini bocor menunjukkan presiden Yaman bersedia untuk menipu masyarakat tentang serangan udara terhadap situs Al-Qaeda.
“Saleh menyesalkan penggunaan rudal jelajah yang” tidak terlalu akurat “dan menyambut penggunaan bom dikerahkan pesawat-presisi-dipandu bukan ‘Kami akan terus mengatakan bahwa bom adalah milik kita, bukan milikmu,’ Saleh mengatakan,.” Menurut kabel bocor dari Januari tahun ini.
Penindasan dan ketidakadilan sosial seringkali disebut sebagai penyebab dari terorisme yang terjadi di abad ke-21 ini, sehingga kebangkitan terorisme internasional juga tidak terlepas dari konstelasi geopolitik global, khususnya di Timur Tengah.
Namun, apa pun penyebab dan motivasi terorisme, peristiwa ultimate sudden attack (serangan sangat mendadak) pada tanggal 11 September 2001, yang dilakukan oleh jaringan al-Qaeda, telah menimbulkan rasa marah dan benci di setiap hati manusia saat itu. Siapa pun yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut, jelas sudah melakukan sesuatu kesalahan dan tindakan kriminal.
Tetapi sebaliknya, tragedi tersebut sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai suatu alasan, untuk kemudian Amerika Serikat boleh melakukan aksi pembalasan dengan melakukan pembantaian yang serupa juga terhadap orang-orang lain yang tidak bersalah.
Lalu bagaimana aksi kedua negera tersebut, terkait terorisme maupun kampanye anti terorisme yang telah mengakibatkan manusia yang tidak bersalah menjadi korban? Baca selanjutnya di bagian kedua. (bersambung…)
Foto: SM