Semenjak kasus dugaan korupsi di Kemenpora menyeret nama M Nazaruddin, seolah terjadi perpecahan dalam Partai Demokrat (PD). Bebebapa politisinya menyampaikan pernyataan yang saling bertentangan mengenai proses hukum terhadap mantan Bendahara Umum DPP PD itu dan akhirnya berdampak pada rusaknya nama baik PD.
“Isu kasus Nazaruddin sudah sangat merugikan, tetapi muncul dan tampilnya orang-orang yang terus mengacungkan jempol dan mengapit Nazaruddin secara berulang-ulang di TV, sungguh konyol dan tragis,” ujar Sekretaris DK PD, Amir Syamsuddin, Selasa (14/6/2011).
Mengapa politisi PD bisa memberi pernyataan yang bertentangan satu sama lain? Beberapa orang mendorong agar proses hukum dijalankan KPK secara massif, tapi sebaliknya ada yang justru cenderung mementahkan dugaan keterlibatan Nazaruddin dalam kasus bersangkutan.
Bahkan ada yang pernyataannya justru kerap diarahkan kepada isu konflik internal pasca suksesi kepemimpinan PD. Padahal Ketua Dewan Pembina PD, SBY, sebelumnya tegas mewanti para kader dan politisi PD meningkatkan soliditas mengingat tantangan dalam Pemilu 2014 makin besar.
Sekretaris Dewan Kehormatan (DK) PD, Amir Syamsuddin, mengaku sangat menyayangkan kondisi demikian. Berikut otokritik yang disampaikan mantan Sekjen DPP PD itu dalam perbincangan dengan detikcom:
Berkaca dari situasi ini, apa yang perlu segera diperbaiki?
Kelemahan dalam hal komunikasi publik PD adalah faktor yang sangat memerlukan perbaikan. Beberapa kader PD yang dikenal luas masyarakat, sering menyampaikan informasi dan pesan publik yang sangat merugikan PD.
Mengapa bisa demikian?
Semua itu terjadi bukan semata karena faktor kurangnya penguasaan teknik berkomunikasi, lebih dari pada itu adalah karena rasa percaya diri berlebihan yang membuat mereka gede rasa, kurang menghayati rasa keadilan masyarakat sementara vocabulary bahasa Indonesianya sangat minim.
Yang tragis mereka tidak pernah menyadarinya. Bahkan menganggap diri paling benar, paling tahu, paling dekat dan disayangi Ketua Dewan Pembina sehingga tidak segan mengabaikan hirarki dalam melempar pernyataan. Lebih memprihatinkan lagi sering mengatasnamakan Partai dalam menyampaikan pandangan dan pikiran yang sering terkesan sombong, arogan dan menimbulkan antipati masyarakat!
Mereka sekadar solidaritas terhadap teman yang mendapat masalah. Pak SBY juga menyatakan Nazaruddin harus diberi bantuan hukum oleh DPP PD. Apa salahnya solidaritas itu?
Nazaruddin bukannya tidak boleh mendapat pembelaan, bahkan wajib dibela. Namun itu harus proporsional, sesuai asas dan aturan. Bukan dengan cara-cara bodoh di mata masyarakat.
Belum terlambat apabila mereka yang merasa tersentil segera menyadari, mengubah atau lebih baik diam. Menurunnya popularitas PD belakangan ini tidaklah semata karena kasus yang menimpa Nazaruddin, namun tidak lepas dari perilaku dan pernyataan bodoh yang berulang kali disampaikan dan ditayangkan kepada publik.
Sebaliknya ada yang mendesak KPK lebih cepat dan tegas menangani kasus Nazaruddin, jadi kesannya ada 2 kubu bertentangan di internal PD. Kebetulan pula di saat sama, isu bahwa terjadi perpecahan pasca kongres Bandung 2010 dihembuskan politisi PD. Apakah demikian kondisinya?
Isu terbelahnya dan adanya faksi-faksi seperti yang dihembuskan, merupakan bentuk lain kebodohan dan ketidakakuratan analisa yang muncul dari nalar pas-pasan. Saya jamin tidak ada.
Pak Amir, yakin itu pula yang dipahami oleh para kader di tingkat bawah?
Saya masih optimis dengan masa depan PD, ini penangkapan saya dalam kegiatan konsolidasi partai oleh Ketum dan Sekjen ke berbagai pelosok tanah air. Seharusnya orang-orang yang merasa tersentil menyadari betapa melelahkan upaya dan kerja keras yang telah dilakukan DPP dan segera berhenti mengganggu keberhasilan dengan perilaku yang tidak mendukungnya.
Di dalam prakteknya, para kader lapangan yang jadi ujung tombak sosialisasi dan rekrutmen bisa hengkang bila tekanan publik terhadap partainya semakin kencang. Apa yang membuat Pak Amir yakin kinerja mereka tidak terpengaruh dengan dinamika kasus Nazaruddin?
Keberhasilan konsolidasi dan kerja keras DPP berdasarkan data dan fakta. Antara lain capaian Pemilu Kada, PD hanya terpaut sedikit atau hampir menyamai Golkar.
Ini lompatan besar bila dibandingkan masa-masa sebelumnya. Tanpa konsolidasi dan perasaan bersatu, tidak mungkin keberhasilan seperti sekarang ini berwujud.
Perlu pula diketahui dinamika di daerah secara luas masih memberi harapan dan semangat, terutama sekali di kalangan tokoh-tokoh muda yang tertarik bergabung ke dalam PD. Ini adalah indikasi dari keberhasilan konsolidasi tak kenal lelah Ketum dan Sekjen.
Manakala ada kader tidak tahu akan keberhasilan ini, maka patut diragukan loyalitasnya. Bahkan tidak mengherankan kalau dahulu ada yang usil mempertanyakan apakah kader seperti ini sengaja ‘ditanam’ oleh pihak yang ingin membendung keberhasilan PD dalam perjalanannya ke depan. |dtc|