
Setelah terjadi islah (perdamaian) antara kelompok Syiah dan Sunni, di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, aparat keamanan diharapkan dapat menjamin keamanan warga di wilayah itu. Penjagaan perlu dilakukan sebagai antisipasi munculnya riak-riak kekerasan.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Unggung Cahyono menegaskan pihaknya dan aparat TNI tetap berjaga-jaga dengan menempatkan pasukan di sekitar lokasi konflik.
“Kami sudah mengetahui kedua kelompok telah berdamai dan terus mendorong agar perdamaian tersebut benar-benar terwujud. Tetapi, kami juga tetap berjaga-jaga bersama pasukan dari TNI,“ jelas Unggung.
Pernyataan senada juga disampaikan Panglima Daerah Militer V Brawijaya Mayor Jenderal Ediwan Prabowo. Menurut dia, pasukan TNI masih berjaga-jaga di Sampang, Madura.
“Kami masih mempelajari dari materi deklarasi perdamaian yang sudah dilakukan kedua kubu yang terlibat konflik. Semuanya masih kami koordinasikan dengan jajaran Forum Pimpinan Daerah Jawa Timur,“ kata Ediwan.
Sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Syamsul Arifin mengungkap kan, sejak awal dirinya sudah merekomendasikan agar pengungsi Sampang di Rusunawa Sidoarjo segera dikembalikan ke kampung halaman.
“Dalam kapasitas saya sebagai akademisi, sejak awal telah merekomendasikan pemulangan kepada pengungsi. Ini sebagai bentuk nyata rekonsiliasi perdamaian atau islah.
Pemulangan secara bertahap yang dimulai dari individu dan kelompok yang potensi konfl iknya rendah,” ujar Syamsul.
Menurut dia, salah satu pertimbangan pemulangan pengungsi Syiah tersebut ialah adanya hubungan kekerabatan. “Nah, islah kemarin adalah momentum yang perlu didorong. Pemerintah harus memperhatikan momentum ini dan segera bertindak,” tegas Syamsul.
Menurut dia, isu Syiah-Sunni sebenarnya hanyalah ‘komoditas’ yang dijadikan sebagai pemicu konfl ik. Padahal, masalah Syiah-Sunni telah menjadi fakta teologis, sejarah, dan sosiologis.
“Makanya, yang terpenting ialah bagaimana mengelolanya agar tidak menimbulkan gesekan. Misalnya dengan lebih mengedepankan titik temu daripada perbedaan,” pungkas Syamsul.
Sejak Agustus tahun lalu, ratusan warga Syiah di Sampang terusir dari kampung halaman mereka akibat konfl ik dengan kelompok masyarakat lainnya.
Mereka kemudian diungsikan ke GOR Sampang. Terakhir, mereka menghuni rumah susun di Sidoarjo, Jawa Timur.(sol/kmi)