Kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ikut menuduh negaranya sebagai biang keladi konflik yang kini terjadi di Timur Tengah. Taipan Real Estate itu mengatakan, Timur Tengah akan jauh lebih stabil jika AS tidak ikut campur di sana dengan menurunkan rezim berkuasa seperti Saddam Hussein dan Muammar Gaddafi.
“Anda bisa berargumen, jika kita melihat ke Libya. Lihat apa yang kita (AS) telah lakukan di sana, kekacauan. Jika Anda lihat Saddam Hussein dan Irak, lihat apa yang kita lakukan di sana, kekacauan. Di Suriah akan terjadi hal yang sama,” kata Trump dalam wawancara dengan kantor berita NBC, sebagaimana dilansir Sputnik, Senin (5/10/2015).
Saat ini, baik Irak, Libya dan Suriah tengah dilanda kekacauan yang menurut Trump bermula dari keterlibatan AS untuk menggulingkan pemimpin yang berkuasa di negara-negara tersebut.
Setelah digulingkannya rezim Saddam Hussein oleh AS pada 2003, Irak terus menerus dilanda konflik. Kelompok militan ISIS yang merupakan salah satu penyebab utama konflik di Negeri Seribu Satu Malam itu muncul dari kekacauan pasca-jatuhnya Saddam Hussein.
Keadaan yang sama juga terjadi di Libya. Negara Afrika Utara itu terus-menerus dilanda kekacauan yang terjadi akibat konflik antarkelompok militan pasca jatuhnya diktator Muammar Gaddafi pada 2011. Kekacauan itu menyebabkan warga Libya berbondong-bondong melarikan diri dari negaranya menuju Eropa sehingga menyebabkan krisis imigran yang parah di Benua Biru.
Sedangkan di Suriah, AS saat ini memberikan dukungannya kepada kelompok oposisi untuk menggulingkan Presiden Bashar Al Assad.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menuduh AS sebagai penyebab terjadinya situasi di Timur Tengah. Putin juga mengetengahkan argumen serupa dengan Trump dan mendesak Negeri Paman Sam untuk tidak menggunakan kekerasan di Suriah dan mengajak mereka kembali ke meja perundingan.(OKZ)