Pemerintah Bahrain dikabarkan menangkap sedikitnya lima orang tokoh oposisi Syiah, sehari setelah bentrokan antara pengunjuk rasa anti pemerintah dan aparat keamanan di ibukota Manama.
Dalam bentrokan itu setidaknya menewaskan tiga demonstran dan tiga orang polisi, serta melukai ratusan orang lainnya.
Suasana kota Manama saat ini relatif tenang namun ketegangan masih terasa, apalagi militer masih melakukan patroli dan jam malam masih diberlakukan.
Sejumlah media melaporkan kelompok oposisi yang menuntut reformasi politik saat ini bergerak di bawah tanah untuk merencanakan aksi selanjutnya.
Aksi kekerasan yang terjadi di Manama, mengundang kritik keras dunia internasional termasuk Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan pemerintah Bahrain dan menyerukan kedua pihak yang berseteru untuk melakukan dialog.
Sayangnya desakan untuk tidak melakukan kekerasan dan menggelar dialog ini diabaikan kedua belah pihak.
“Kami menolak berdialog selama senjata diarahkan ke kepala kami,” kata Matar Ibrahim dari Partai Wefaq, sebagaimana dilansir situs CNN
Bahrain negeri kecil dengan penduduk 800.000 jiwa ini juga diguncang krisis politik seperti negara-negara timur tengah lainnya.
Negeri berpenduduk mayoritas Syiah ini dipimpin oleh kelompok minoritas Sunni.
Penduduk mayoritas Syiah melakukan unjuk rasa untuk memperbaiki sistem negeri itu yang dianggap menjadikan warga Syiah sebagai warga negara kelas dua.
Penguasa negara tersebut dari kelompok Sunni hari Selasa meminta bantuan pasukan Arab Saudi untuk menjaga ketertiban.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengatakan negara-negara Teluk berada di “jalur yang salah” karena mengirimkan pasukan ke Bahrain.
“Apa yang terjadi di Bahrain mencemaskan. Kami memandang langkah pengamanan tidak dapat menjawab keinginan dan permintaan para pengunjuk rasa,” kata Clinton dalam sebuah wawancara dengan televisi CBS.
Menteri kesehatan Bahrain yang beragama Islam Syiah mengundurkan diri sebagai tanda protes penggunaan kekerasan.
Sementara, wartawan BBC di Manama Caroline Hawley melaporkan para hakim Syiah juga mengundurkan diri.
Bahrain yang berpenduduk 800.000 jiwa dan merupakan markas Armada Kelima Angkatan Laut Amerika Serikat adalah negara Teluk pertama yang mengalami kerusuhan di dunia Arab.