Surabaya – Perbuatan Suharlik yang tega membunuh bayinya sendiri memang tidak bisa dibenarkan. Apa yang dilakukan perempuan 31 tahun itu keterpaksaan yang dilakukan di tengah persoalan hidup yang membelitnya.
“Itu memang bayi tersangka, tetapi bukan hasil dari hubungan dengan suaminya,” kata AKP Agung Pribadi saat dihubungi detiksurabaya.com, Rabu (8/2/2012).
Kanit Resmob Polrestabes Surabaya itu menjelaskan bahwa ayah bayi tersebut tidak jelas. Bayi itu merupakan hasil hubungannya dengan tiga orang warga Sukoharjo yakni Hasan, Dullah dan Pi’i. Suharlik terpaksa menjual diri ke tiga orang tersebut untuk mendapatkan uang. Untuk satu kali melayani, Suharlik menerima Rp 50 ribu.
Bukannya tanpa alasan, perempuan asal Jember itu terpaksa melakukan hal itu karena suaminya dipenjara. Suami Suharlik, Misnali, saat ini masih mendekam di LP Probolinggo setelah tertangkap polisi Lumajang karena mlakukan pencurian motor.
Hidup tanpa suami dan pekerjaan sementara ia juga harus menghidupi anaknya, terpaksa Suharlik berbuat seperti itu.
“Uang hasil menjual diri itu juga digunakan untuk membesuk suaminya,” tambah Agung.
Mengetahui perbuatannya membunuh bayinya terendus polisi, Suharlik berencana kabur. Ia bersama seorang anaknya yang masih berusia 4 tahun pergi menuju Surabaya.
Di Terminal Purabaya (Bungurasih), ia berkenalan dengan seseorang bernama Suliha. Suliha-lah yang membawa Suharlik ke Jalan Tambak Asri yang terkenal dengan Lokalisasi Kremil-nya.
“Tersangka di Tambak Asri baru satu minggu, ikut seorang mucikari. Rencananya tersangka akan bekerja di sebuah warung dengan bayaran Rp 200 ribu,” tandas Agung. dtc