SIGLI – Belum lagi hilang trauma akibat banjir bandang pada 10 Maret lalu, kini korban bencana di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie didera lagi dengan musibah susulan berupa banjir, longsor, dan putusnya akses jalan. Musibah susulan itu menimpa masyarakat Ranto Panyang dan Blang Pandak, Selasa (29/3) sore hingga Rabu dini hari kemarin.
Desa Ranto Panyang merupakan salah satu permukiman yang paling parah dihantam banjir bandang tiga pekan lalu. Sedangkan desa tetangganya, Blang Pandak, meski tidak disapu banjir bandang tetapi masyarakat di lembah Gunung Halimun ini sempat terkurung karena putusnya akses jalan akibat longsor perbukitan atau amblas ke sungai.
Hujan deras yang mengguyur wilayah Pidie sejak beberapa hari terakhir telah menyebabkan air bercampur lumpur dari perbukitan menerjang permukiman. Bukan hanya menutupi badan jalan tetapi juga merendam perumahan dan kamp pengungsian masyarakat korban banjir bandang di kompleks masjid Blang Panyang. Bahkan, aktivitas belajar mengajar SDN Ranto Panyang terpaksa dihentikan karena lumpur menggenangi kompleks sekolah termasuk ruang kelas. Bangku, lantai, dan dinding di dalam ruang kelas penuh lumpur.
Mariana (35), seorang guru SD Ranto Panyang kepada Serambi mengatakan, sejak Selasa sore sekolah mereka dihantam banjir sehingga semua ruang kelas dipenuhi lumpur. “Anak-anak terpaksa pulang kembali karena sekolah penuh lumpur,” kata guru kelas VI ini. Padahal, lanjut Mariana, lima hari pascabanjir bandang lalu, aktivitas sekolah mulai berjalan. “Sekarang terhenti lagi akibat musibah susulan,” lanjutnya.
Pantauan Serambi di Ranto Panyang pada Rabu siang kemarin, tidak ada kerusakan berarti pada bangunan maupun rumah penduduk akibat musibah susulan itu. Lumpur longsoran yang paling parah menutupi badan jalan dan menggenangi rumah, sekolah, masjid, termasuk lokasi pengungsian. Sebuah beko terlihat meratakan lumpur di sejumlah ruas jalan. “Sejak Rabu pagi jalan dibersihkan sehingga sudah lancar meski di beberapa titik harus menyeberangi alur sungai,” ujar Faradina, seorang tenaga medis yang bertugas di posko kesehatan pengungsi Ranto Panjang.
Sekdakab Pidie, M Iriawan SE kepada Serambi di Ranto Panyang mengatakan, ketika musibah susulan itu terjadi, sebanyak 139 jiwa (32 KK) pengungsi di tenda ketakutan sehingga berlarian ke tempat aman di desa sekitarnya. “Sebetulnya fokus kita sedang memperbaiki ruas jalan dari Blang Panyang ke Blang Pandak, namun sekarang sudah longsor lagi,” kata Iriawan.
Dibangun merata
Terkait dengan penanganan korban banjir bandang di Tangse, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menjanjikan pembangunan rumah korban secara merata di 11 gampong yang terkena bencana. “Akan kita bangun secara menyeluruh, bukan setengah-tengah,” kata Irwandi kepada Serambi, Rabu (30/3) seusai menyerahkan 331 unit sepeda motor untuk imum meunasah di Pidie Jaya.
Menurut Irwandi, untuk membangun kembali rumah korban bencana banjir bandang Tangse, Pemerintah Aceh berusaha maksimal mencari dana dari pusat. Meski ada bantuan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp 12 miliar, namun gubernur memastikan belum mampu menutupi kebutuhan biaya untuk 400 unit rumah yang telah porak-poranda. “Yang pasti kita tidak setengah-setengah karena kalau tebang pilih akan memunculkan konflik internal di tengah masyarakat,” demikian Irwandi.
Sumber: serambinews.com