Sedikitnya 400 orang terluka saat polisi memberondongkan tembakan dan gas air mata pada para demonstran yang mencoba berunjukrasa ke Istana kepresidenan di kota Laut Merah Yaman Hudaida, Senin pagi waktu setempat.
Unjuk rasa Yaman terinspirasi dari unjuk rasa di Mesir dan Tunisia untuk menumbangkan 32 tahun kepemimpinan Ali Abdullah Saleh. Namun, Presiden Yaman pada Minggu 3 April, meminta dihentikannya kekerasan, memberikan isyarat dia tidak berniat untuk mundur dalam waktu dekat.
Para penduduk mengatakan bahwa para demonstran merencanakan unjuk rasa pada pukul 02.00 pagi waktu setempat untuk memprotes tindak kekerasan pasukan keamanan pada aksi unjuk rasa di Taiz, selatan ibu kota. Dalam insiden pada Minggu 3 April tersebut dua orang tewas dan ratusan lainnya terluka. Ada beberapa ribu demonstran yang bergabung dalam unjuk rasa Senin dini hari tersebut.
“Para demonstran berkumpul di sekitar gedung administrasi provinsi dan menuju ke Istana Presiden, namun polisi menghentikan mereka dengan menembakkan peluru ke udara dan menggunakan gas air mata. Saya juga melihat polisi berpakaian preman menyerang demonstran,” ujar seorang saksi seperti dikutip Reuters, Senin (4/4/2011).
Para dokter di rumah sakit lokal mengatakan sembilan orang mengalami luka tembakan, 350 orang mengalami gangguan sistem pernapasan karena menghirup gas air mata, dan sekira 50 orang terluka karena dilempar batu oleh polisi berpakaian preman. Istana Presiden di Hudaida adalah salah satu rumah yang dimiliki Saleh di Yaman. Saleh kemungkinan besar berada di istana yang terletak di Ibu Kota Sanaa.
New York Times mengabarkan Presiden Barack Obama mengubah pendiriannya pada Saleh, dan yakin Saleh harus mundur.(okezone)