Pengurus Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor mewajibkan bagi kadernya mulai hari ini melakukan sweeping masjid Nahdlatul Ulama (NU) di seluruh Indonesia. Perintah sweeping ini terkait mulai banyaknya ajaran Islam radikal yang mengarah pada terorisme hingga paham Negara Islam Indonesia (NII).
“Saya semalam saat ceramah Harlah Ansor ke-77 sudah menginstruksikan seluruh kader Ansor dan Banser untuk menjaga masing-masing masjid. Serta mengamankan ideologi dari ancaman ideologi lain yang berdimensikan radikalisasi Islam. Mulai hari ini kami melakukan upaya sweeping terhadap masjid-masjid. Saya perintahkan untuk men-sweeping masjid-masjid NU di seluruh Indonesia,” tegas Nusron Wahid.
Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Umum PP GP Ansor Nusron Wahid, di sela-sela acara pembangunan Rumah Bambu untuk Pengungsi Banjir Lahar Dingin Merapi di Desa Sudimoro, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jateng, Senin (25/4/2011). Instruksi ini juga terkait status siaga satu yang ditetapkan oleh pemerintah karena maraknya aksi teroris. Nusron mengindikasikan banyak orang-orang berjenggot, berjidat hitam dan bercelana cingkrang tinggal di banyak masjid. Mereka bermukim di masjid-masjid yang tersebar di Tanah Air, mengajarkan ajaran Islam berdimensi radikalisme.
“Masuk ke situ (masjid), tidur di situ. Apalagi anak-anak yang mengaji dan ada ajakan dan indikasi untuk mengikuti NII. Bukan lagi hanya ancaman. Tapi ini sebuah fakta yang nyata dan mereka selama ini tumbuh. Melakukan pengeboman dan kita harus mempertahankan diri kita dari serangan mereka,” jelas Nusron.
Selain itu, Nusron menjelaskan masjid yang merupakan tempat ibadah agama Islam sudah diindikasikan menjadi tempat yang tidak aman. Sehingga masjid harus benar-benar dijaga secara ketat.
“Sekarang ini paska peledakan bom Cirebon masjid sudah dijadikan tempat yang tidak aman. Kantor polisi sebelumnya juga sudah dijadikan tempat yang tidak aman. Jangan sampai berlarut-larut masjid menjadi tempat yang menakutkan bagi jamaahnya,” jelas Nusron.
Selain upaya penyebaran aliran agama Islam berdimensi radikalisme, juga sudah muncul pihak-pihak yang ingin menyeragamkan atau dibuat seragam umat Islam-nya.
“Ono jenggote, celonone cingkrang (Ada jenggotnya dan celananya cingkrang, red) itu upaya mereka untuk menyeragamkan. Kalau tidak mengikuti mereka mereka dikatakan musyrik dan haram. Polisi dianggap thogut. Tentara juga. Kantor polisi dan masjid diserang dan dibuat tidak aman,” jelasnya.
Paska peledakan bom Cirebon yang merupakan masjid basis NU, menurut Nusron menjadikan kader NU seperti Ansor dan Banser agar benar-benar waspada. Jika dalam situasi ini lengah dan terjadi aksi teroris di masjid kembali maka dirinya akan meminta pertanggungjawaban kadernya.
“Saya kunjungi masjid di Cirebon menanyakan adzan berapa kali? Ternyata dua kali, berarti itu masjid NU. Kalau ada masjid NU yang dijadikan seperti itu dan tidak diusir maka ketua Ansor tempat masjid itu akan saya pecat,” tutur Nusron.
PB NU Dukung
Sementara PB NU, organisasi induk dari GP Ansor mendukung sweeping yang dilakukan. Tak hanya masjid-masjid NU, masjid-masjid di kampus pun perlu diwaspadai mengenai gerakan radikalisasi ini.
“Saat ini sudah mulai muncul kembali jenis pengajian usroh yang dilakukan di beberapa masjid. Bahkan mereka sudah masuk ke kampus seperti UNJ, UGM, UI dan ITB. Dulu sudah hilang tetapi kini diulangi lagi, yang merupakan metode yang sama dilakukan Abu Bakar Ba’asyir,” tegas Wakil Ketua PB NU As’ad Said Ali.
As’ad yang juga mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini menilai tindakan pemerintah terlalu lambat dalam mengantisipasi gerakan antipluralisme. Sebab, sudah banyak terror yang terjadi di tubuh pengurus NU.
“Baru-baru ini Ketua Umum kami Kiai Said Aqil juga sering menerima SMS ancaman yang mencoba untuk membunuh dia. Tetapi itu saya nilai sebagai ancaman pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab,” ungkap As’ad.
As’ad berharap pemerintah bisa menggunakan Undang-undang tentang Kehakiman, Undang-undang tentang Keamanan untuk menjerat upaya teror yang mereka lakukan.
“Jangan sampai setelah ada gejolak, kejadian atau konflik yang terjadi baru bertindak. Ada perangkat hukum yang bisa digunakan untuk menegakan keadilan dan melawan aliran sesat. Sudah saatnya pemerintah bertindak cepat,” tutur As’ad yang sudah 35 tahun melanglang buana sebagai intelijen ini. |dtc|