
Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengharapkan agar buku Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMA/MA/SMK kelas XI semester 1 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memuat materi “Gaya Pacaran yang Sehat” segera direvisi.
“Buku dengan muatan seperti itu tidak memiliki perspektif pendidikan, tidak ada sensitivitas pendidikannya,” kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh di Jakarta, Senin.
Menurut Asrorun, buku materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) itu seharusnya fokus ke hal-hal dan topik ajar yang sesuai.
“Buku hadir untuk kepentingan bahan ajar dalam pedidikan. Secara sosiologis, topik tentang pacaran tidak berkesuaian dengan hal jasmani dan kesehatan,” katanya.
Menurutnya, materi semacam itu bukan terminologi pendidikan, sekaligus tidak mencerminkan semangat pendidikan dan kebudayaan.
Materi “Gaya Pacaran yang Sehat” justru mereduksi semangat pendidikan itu sendiri karena dianggap tidak berisikan materi edukatif.
“Lebih baik mengajarkan tentang pergaulan dan perteman yang sehat, hal itu jauh lebih subtansial dengan pendidikan,” kata Asrorun.
Sementara itu Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ibnu Hamad menerangkan, awal dirumuskannya materi ini justru dibuat untuk mencegah pelajar melakukan hal-hal negatif.
“Tujuan awal yang ingin dicapai justru ingin menghindarkan pelajar dari hal negatif misalnya seks di luar nikah,” ujar Ibnu Hamad sebagaimana dinukil Kompas.com, Sabtu (11/10/2014).
Hamad mengatakan, perkembangan yang terjadi pada pergaulan remaja saat ini sudah berbeda dengan 20 atau 30 tahun lalu. Ketika tahun 1970 atau 1980-an, umumnya pelajar SMA masih merasa malu jika dijodoh-jodohkan dengan seseorang oleh temannya. Ketika berpacaran, mereka akan cenderung diam-diam dan tidak macam-macam.
Namun, situasi saat ini berbeda. Melarang remaja untuk berpacaran menjadi hal yang sulit. Hal ini juga dipicu oleh tayangan di media-media elektronik seperti film atau sinetron remaja. Film dan sinetron tersebut tak jarang menampilkan perilaku pacaran yang tergolong bebas bagi anak muda. Tayangan itu, kata Hamad, juga mempengaruhi persepsi anak muda mengenai gaya pacaran.
Atas pertimbangan itulah, akhirnya Kemendikbud menerbitkan materi “Gaya Pacaran Sehat”. Pada materi tersebut, kata Hamad, Kemendikbud menguraikan salah satu pencegahan terhadap seks bebas. Salah satunya adalah gaya pacaran yang sehat.
Kata Hamad, gaya pacaran sehat ini mencakup sehat fisik, sehat emosional, sehat sosial, dan sehat seksual. Maksudnya, dalam berpacaran harus bisa saling menjaga dan tidak melakukan hal-hal yang berisiko merugikan diri sendiri dan keluarga.
“Makanya di situ ada aspek kalau pacaran harus bisa menjaga diri yang disebutnya pacaran sehat. Begitu,” ujar Hamad
Sebelumnya diberitakan banyak media, materi dalam salah satu buku Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk kelas XI menuai banyak polemik, karena didalamnya terdapat tema pacaran sehat.
Tema tersebut ada di Bab X yang berjudul “Memahami Dampak Seks Bebas”. Disebutkan, gaya pacaran sehat terdiri dari beberapa macam unsur, yaitu sehat fisik, sehat emosional, sehat sosial dan sehat seksual.(ant/kmp/sol)