Surabaya – Tingginya gelombang laut hingga 5 meter membuat truk barang banyak yang menumpuk di Dermaga Roro Pelabuhan Tanjung Perak. Ratusan truk itu sedang menanti kedatangan kapal yang tak kunjung datang.
“Seharusnya kami sudah bisa berangkat 4 hari hingga seminggu lalu,” kata salah satu sopir truk, Imron, di Dermaga Roro, Senin (1/8/2011).
Akibat ‘terlantar’ itu buah dan sayur mayur yang diangkut menjadi busuk. Imron dan teman-temannya terpaksa membongkar, memilah dan membuang sayur dan buah yang busuk. Tetapi sebagian sopir lain tidak mempermasalahkan hal itu karena barang yang mereka angkut tidak bakal busuk seperti kain, baju dan juga barang pecah belah.
“Ini saja sudah 2 kali bongkar. Kalau yang busuk tak dibuang, yang lain jadi ikutan cepat busuk. Yang rugi pasti pemilik barang,” tambah Imron.
Jika muatan truk menjadi tanggung jawab pemilik barang, maka untuk biaya hidup selama menunggu menjadi tanggung jawab pribadi sopir sendiri. Hal itulah yang dikeluhkan semua sopir. Dalam sehari mereka mengaku menghabiskan minimal Rp 50 ribu.
“Itu untuk uang makan dan rokok. Uang kami sekarang sudah menipis. Kalau begini caranya kami akan minta ke perusahaan lagi,” ujar Kardi, sopir truk lain.
Ratusan truk itu sejatinya akan berangkat ke luar Jawa. Tujuan mereka adalah wilayah Indonesia timur seperti Kalimantan, Sulawesi dan juga Papua. Para sopir truk tersebut rata-rata sudah menunggu 3 hari hingga seminggu.
Sementara Marzuki, Humas Kesyahbandaran Pelabuhan Tanjung Perak mengatakan pihaknya tidak mengeluarkan larangan berlayar terhadap kapal yang akan berangkat. Larangan berlayar kemungkinan datang dari pihak syahbandar tempat tujuan.
“Larangan mungkin diserukan pihak syahbandar daerah tujuan. Mungkin pemilik kapal juga tidak berani mengambil risiko memberangkatkan kapalnya,” ujar Marzuki. dtc